Headlines

Enam dari 10 Orang Hanya Baca Judul dan Langsung Sebarkan

Maluku Tenggara Barat  -Hoaks adalah salah satu ancaman terbesar di dunia digital karena dampak yang ditimbulkannya bisa memecah belah, pertengkaran dan perselisihan di berbagai lapisan masyarakat. Lebih parah lagi, hoaks bisa merusak kerukunan antar masyarakat, antar suku, agama dan ras.

“Hoaks  dapat memprovokasi serta memicu kerusuhan di masyarakat. Contohnya banyak missal berita tentang Ratna Sarumpaet yang dulu pernah viral yang ternyata tidak benar dan berisi kebohongan saja. Jangan sampai kita mudah mempercayai informasi-informasi yang datang baik itu di media massa ataupun di aplikasi chattingan,” Rodrish Rolis Rahalalu, Communication Practitioner dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, Rabu 1 September 2021.

Hoaks juga memunculkan kepanikan di masyarakat sehingga jangan sampai kita membagikan informasi yang belum tepat, perhatikan 5W 1H. Pergunakan jari kita dengan bijak saring dulu baru share, apalagi di kondisi pada saat ini, bisa jadi hoaks bisa merusak stabilitas dan keamanan negara.

Untuk mengetahui ciri-ciri hoaks maka terlebih dahulu yang harus kita ketahui adalah perhatikan dulu sumber informasinya dan perhatikan 5W 1H (What, when, who, where, why,  how). Selain itu ketahui dulu adakah pihak yang menyebarluaskan informasi itu menyuruh kita untuk menyebarluaskannya. Penting juga mengetahui waktu produksi untuk menyasar kalangan tertentu.

Faktanya, berdasarkan penelitian ilmuwan komputer dari Universitas Columbia dan Institut Nasional Prancis bahwa 6 dari 10 orang hanya membaca headline dan menyebarkan berita tersebut. Informasi yang tidak utuh tersebut menimbulkan banyak pemberitaan-pemberitaan hoaks. 

Riset tersebut juga mengungkapkan bahwa saluran penyebaran berita hoaks yang terbanyak dan tertinggi adalah dari sosial media. Sedangkan yang paling dominan untuk menyebarkan hoaks adalah aplikasi chatingan. Sementara isi hoaks yang sering diterima tertinggi adalah sosial politik, lalu isu SARA disusul oleh issue pemerintahan, kesehatan, makanan, penipuan keuangan, iptek, berita duka candaann sosial budaya, bencana alam, kecelakaan lalu lintas, dan yang terakhir info pekerjaan.

Sejauh ini peran pemerintah untuk menangkal pemberitaan hoaks adalah dengan menerbitkan UU ITE, pemblokiran ribuan situs terindikasi menyebarkan hoaks. 

Karenanya pahami cara mencegah berita hoaks diantaranya dengan dengan memfilter setiap informasi yang diterima. Lihat dulu apakah informasi yang kita dapatkan di sumber jelas atau tidak kalau kita memperhatikan 5W 1H.

Jangan takut untuk melaporkan setiap akun atau situs yang terindikasi menyebarkan hoaks. Kita harus mencegah nya dengan kita bisa laporkan ke situs yang bisa dicari dan Lembaga terkait.

Selain Rodrish, pembicara lain adalah Fajar Sidik Zinester & Podcaster at 30 Degree Media Network, Dedy Triawan, CEO MEC Indonesia, dan Sondang Pratama seorang Sutradara sebagai Key Opinion Leader.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *