Headlines

Lebih Baik Diam Jika Tak Menyukai Konten Orang di Dunia Digital

Maluku Tenggara – Perkembangan teknologi informasi tentunya membuat semua orang dapat mengakses dengan mudah beragam konten yang tersebar di internet. Hal ini juga yang membuat para pembuat konten semakin banyak dan beragam berkat kemajuan internet yang semakin cepat setiap saat.

Menurut Sondang Pratama saat menjadi Key Opinion Leader di Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, Rabu 4 Agustus 2021, setiap pengguna perlu memahami etika digital dalam memanfaatkan dunia maya khususnya media sosial atau medsos.

“Belajar memahami pentingnya etika semisal memberi saran dan kritik yang membangun. Jika ada kekurangan dalam karya tersebut, berilah saran serta kritik yang sopan serta bersifat membangun bagi pembuat karya tersebut,” ujar Sondang Pratama dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani ini.

Selain itu, lanjut Sondang, jika kita tidak menyukai karya atau konten seseorang maka diam adalah pilihan tepat. Dan jika kita tidak bisa memberikan masukan atau saran ketika menikmati karya orang lain, sebaiknya kita tidak usah menjelek-jelekkan karya-karya orang lain.

Kesantunan yang lain di ruang digital adalah dengan tidak menjiplak karya orang lain untuk membuatnya menjadi karya sendiri.

“Mencari inspirasi dari melihat karya orang lain itu sah-sah saja, asal sifatnya sebagai referensi atau acuan saja. Tetapi juga menikmati karya orang lain untuk meniru 100% apa yang ada di karya orang lain dan diaplikasikan ke karya kita itu sudah jelas namanya menjiplak karya orang lain,” tegas Sondang.

Jika pun ingin mengutip atau menggunakannya maka mintalah izin terlebih dahulu kepada pembuat karya yang bersangkutan. Selain itu menikmati karya original serta menghindari tindakan pembajakan merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada para pembuat karya. “Kita bisa menikmati karya yang original di bioskop, televisi, atau channel YouTube si pembuat karya tersebut,” katanya.

Penerapan etika pada ruang digital ini juga menjadi dasar yang bsia kita ajarkan kepada anak-anak kita sedini mungkin. Menurut Gebryn Benjamin, Lead Creative Strategy Frente Indonesia bahwa  teknologi digital semakin memudahkan anak-anak untuk bermain dan belajar.

Orangtua perlu memahami cara tepat untuk mendidik dan mengawasi anak kecil untuk berubah mengikuti perkembangan zaman. Juga peran dan tanggung jawab orang tua makin penuh tantangan terutama di masa kini dalam masa pandemi.

“Mau tidak mau harus belajar cepat baik orangtua dan anak, anak-anak juga dituntut belajar. Orang tua merasa semakin percaya diri dalam membantu anak menggunakan internet. Dan banyak orang tua yang anaknya sekolah online mengungkapkan rasa khawatirnya atas keamanan online anak mereka,” ujar Gebryn.

Ada sejumlah kejahatan di dunia digital yang bisa menimpa anak di antaranya adalah scamming dan peretasan. Selain itu waspada pada anak-anak yang menerima perhatian yang tidak diinginkan dari orang yang tidak dikenal. Dan yang sangat membahayakan adalah jika anak-anak melihat konten yang tidak pantas di internet semisal konten yang tidak sesuai dengan usia anak.

Menjaga keamanan anak-anak di dunia digital itu sama dengan menjaga anak di dunia nyata. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan selalu mencari tahu tentang tren informasi di internet yang berbahaya. Selain itu perlu juga untuk mencari tahu tentang aktivitas anak di media sosmed atau game.

Selain Gebryn dan Sondang Pratama, pembicara lain yang ikut berbagi wawasan tentang literasi digital adalah Bernardus Dian Adi Prasetyo dan Andri Juli Kurniawan.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *