Headlines

Pahami Rekan Jejak Digital Kita

Sikka – Kemajuan dunia digital semakin cepat saja dari tahun ke tahun, mestinya diimbangi juga dengan kecakapan digital masyarakatnya. Tetapi ada juga fenomena yang disayangkan yakni kurangnya kecakapan digital dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak internet yang bsia menimbulkan kerugian buat pengguna sendiri maupun orang lain.

Menurut Lodwik Nikodemus Kedoh, S.IKom, M.IKom Dosen Universitas Nusa Nipa bahwa sejumlah penyebab dari kurangnya kecakapan ini adalah kurang percaya diri dan malas, penyalahgunaan teknologi, sanksi yang kurang tegas dan minimnya pengetahuan.

“Dalam kecakapan digital ini juga dibutuhkan etika digital atau netiket yang bsia menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya,” ujar Nikodemus dalam webinar Literasi Digital wilayah Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Lebih lanjut, dijelaskan Nikodemus bahwa urgensi dari netiket adalah sekalipun berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata. Dan harus diingat bahwa pengguna internet berasal dari bermacam negara yang memiliki budaya dan ras yang berbeda.

Untuk itu ia menyarankan agar di sekolah-sekolah lebih digalakkan lagi pendidikan moral dan budaya dan pendidikan hukum dan etika. Selain itu juga perlu diberi sanksi tegas, tanamkan budaya malu, dan selalu ingat untuk tidak berbuat jahat terhadap orang lain dan perkuat efikasi diri.

Etika di dunia digital juga dipakai agar di kemudian hari kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan jejak digital kita bersih. Menurut pembicara lain, Grace M Moulina, Head of Marcomm Finacial Company, bahwa kita perlu memahami dan mengenali rekam jejak digital.

“Jejak digital adakah tapak data yang tertinggal setelah kita beraktivitas di internet,baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Contohnya adalah mengirim email, mengunjungi website, posting di media sosial ataupun mengirim data di internet melalui platform digital,” ujar Grace.

Jejak digital ini bisa menjadi bahaya buat diri sendiri semisal terjadinya Digital Exposure yaitu terungkapnya data data yang bersifat pribadi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,yg dapat mengarah kepada tindakan kriminal.

Selain itu jejak digital ini juga bisa dimanfaatkan oleh orang lain jika kita menjadi korban Phising yang berisiko dan risiko reputasi. “Rusaknya reputasi seseorang akibat tindakan yang dilakukan di masa lalu yang dapat berakibat pada masa depannya.”

Untuk itu ia membagikan juga tips untuk mengelola jejak digital yaitu hindari penyebaran data-data penting,seperti alamat rumah ,rekening ATM atau no telp. Juga selalugunakan password yang kuat dan berlainan untuk tiap akun media sosial dan dompet digital/mobile banking.

“Gunakan juga layanan pelindung data pada perangkatmu pribadimu (software anti virus, otentikasi ganda,aturan privasi). Dan hindari post sesuatu yg sifatnya terlalu personal (nama anggota keluarga,lokasi,data diri,dsb),” bebernya,

Selain Grace dan Lodwik juga hadir pembicara lainnya, A Eka P Nggalu, Ketua Komunitas KAHE Maumere, Erivia Maroniesebagai Key Opinion Leader. Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *