Headlines

Di Dunia Digital: Nyaman Belum Tentu Aman Tapi Aman Sudah Pasti Nyaman

Jayapura  – kejahatan di dunia digital sebagian besar terjadi karena kelalaian penggunanya sendiri. Kebanyakan pengguna tak sadar telah membuka data pribadi sehingga dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang mengambil keuntungan sendiri.

Menurut Yuliana Langowuyo, Direktur SKPKC dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Jayapura, Papua, Kamis 26 Agustus 2021, kadang pengguna digital tidak mau sedikit repot mengamankan data pribadi.

“Memang diakui ada beberapa langkah yang dianggap merepotkan dan tidak nyaman padahal kalau kita paham bahwa nyaman belum tentu aman tapi aman sudah pasti nyaman,” ujar Yuliana dalam webinar yang dipandu oleh Kika Ferdind ini.

Ia mencontohkan soal password misalnya nama kita lalu 1234 memang gampang diingat. Tapi password mudah ini gampang dibobol. Kita juga memahami tentang rasa aman di dunia digital. Ada 5 prinsip dasar keamanan digital.

Yang pertama personal dan kontekstual yaitu setiap orang punya standar keamanan masing-masing, sesuai dengan risiko yang dihadapi. Prinsip kedua adalah suatu tindakan dapat berkaitan erat dengan Keamanan pihak lain. “Ini zaman digital dan Kegiatan digital tidak hanya berdampak ke satu orang, sendirian, dunia saat ini di mana-mana semua terkoneksi. Kita harus betul-betul memikirkan apa yang kita bagikan ini berdampak seperti apa, kita harus pikirkan juga apa yang ada di lingkaran kita,” mbuhnya. 

Prinsip ketiga adalah bahwa tindakan digital menekankan pada pentingnya aplikasi terhadap perilaku. Kesadaran bahwa keamanan digital penting harus disertai dengan tindakan. Sebab aman atau tidak kalau kita posting ini aku tidak aman kalau kita berbicara seperti itu terlalu vulgar atau jangan-jangan nanti kena undang-undang UU ITE pasal penghasutan atau yang lainnya.

“Itu sangat membuat tidak nyaman padahal media sosial ini kan seharusnya menyenangkan. Agar bisa tercipta keadaan tersebut kita harus memastikan keamanan diri dan juga orang-orang di sekitar,” lanjutnya.

Prinsip keempat adalah selalu ingat bahwa “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.  Mencegah serangan digital selalu lebih baik daripada memulihkan aset (perangkat, nama baik ,hubungan sosial) ketika sudah terdampak.

Prinsip terakhir adalah ‘Keamanan VS Kenyamanan’,  kadang untuk keamanan kita perlu mengorbankan kenyamanan kita dalam kegiatan di dunia digital. Contohnya jangan pakai tanggal lahir atau kode sandi yang sangat mudah ditebak oleh pihak lain (tanggal lahir tanggal pernikahan nama anak nama pasangan dan lain-lain).

“Buat sandi harus rumit dan bukan hal yang biasa di dipublikasi, menyusahkan? Ya, tapi aman karena akun media social anda jadi susah di bobol,” ungkapnya.

Contoh kedua adalah pakai aplikasi aplikasi yang aman, sarana komunikasi banyak ada washap atau Wire dan bisa pakai alternatif mesin pencari. Contoh kita mau belanja kita cek apakah itu aman atau tidak.

 Setelah mengetahui prinsip prinsip tadi, ada juga strategi keamanan dalam bermedsos. Yaitu kurangi sebarkan data pribadi, informasi pribadi secara berlebihan di media sosial, foto, siaran langsung, video pribadi dan seterusnya. Semakin banyak yang kita sebarkan maka jejak digital kita semakin tidak aman.

Selain itu kendalikan sebisa mungkin data kita yang bisa diakses pihak lain (dengan memperhatikan kebijakan privasi dan ketentuan umum) jika pakai aplikasi aplikasi dan melakukan tindakan digital. Kalau orang meminta data kita kita harus tahu apa dan sampai berapa lama mereka akan simpan data kita. Dan kita harus tahu data kita kalau diakses orang lain itu untuk apa tujuannya. Kita harus bisa kendalikan sendiri jangan sampai data kita dipakai oleh pihak lain untuk mengelola menyebarkan dan lain-lain.

Juga upayakan untuk melindungi aset aset digital kita (mengatur password dan tidak mudah ditebak, apakah enkripsi percakapan, dan lain-lain.  Pakai layanan-layanan alternatif, tidak tergantung pada satu layanan saja. “ Email di Yahoo atau Gmail bisa diganti dengan protonmail atau yang lainnya dan kembali lagi tergantung kebutuhan masing-masing,” katanya.

Selain Yuliana juga hadir pembicara lain yaitu Fajar Sidik, Zinester & Podcaster 30 Degree Media Network, Nannette Jacobus Relawan Kemanusiaan & Content Creator dan Fisca Alycia.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *