Headlines

Utamakan Kompetensi Verifikasi dan Evaluasi di Ruang Digital

Lombok Timur – Di mana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung, begitu sebuah ungkapan mengatakan. Hal ini berarti dimana pun kita berada, kita harus menghormati budaya setempat.

Pun begitu ketika kita berada di ruang digital. Jangan sampai saat kita masuk ke ranah digital kita merasa bebas melakukan apapun. Termasuk bebas ngomong apa saja,  bebas komen dan update status apa aja,  padahal dunia itu  baru bagi kita.

Hal itu dikatakan oleh Lalu Nurul Yaqin, PhD, Direktur LPPM UGR Kabupaten Lombok Timur saat menjadi narahubung Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Senin 30 Agustus 2021.

Ia mengatakan seperti juga di dunia nyata, di dunia digital setiap pengguna ruangnya memiliki kebebasan yang bertanggungjawab.

“Jangan salah, kita juga perlu menerapkan etika di dunia digital tak boleh bebas sebebas bebasnya hanya karena kita merasa tak berhadapan langsung dengan lawan bicara,” ujar Lalu Nurul dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini.

Dikatakan juga oleh Nurul di dalam ruang digital kita selalu berinteraksi dengan sesame penghuninya. Dan harus diingat bahwa interaksi merupakan proses komunikasi dua arah antara pengguna terkait mendiskusikan ide topik dan isu dalam ruang digital.

Karenanya ruang interaksi di media digital ini harus dimanfaatkan secara bersama-sama atau berkolaborasi agar budaya literasi ikut mewarnainya. Selain itu agar interaksi tersebut bernilai lebih kemudian mengkomunikasikannya secara etis para warganet lainnya.

“Ide-ide kita dengan yang kita lihat di dunia digital bisa berbeda dengan kita jadi bagaimana cara kita beretika sebagai warganet dalam merespon dan menanggapi ide-ide atau topik topik yang disampaikan orang lain,” imbunya.

Ia juga mengingatkan bahwa populasi penduduk Indonesia sedemikian kaya telah mencapai 274,9 juta jiwa dan ternyata koneksi internet yang terhubung tersebut lebih besar dari penduduk kita yaitu 345,3 juta. “Dari populasi itu yang menggunakan internet ada 202,6 juta dan yang menggunakan media sosial ada 170,0 juta,” bebernya.

Dari survei yang dilakukan oleh Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) tahun 2019 menunjukkan bahwa ada 10 kompetensi literasi digital yang menjadi prioritas penggunanya di Indonesia yaitu akses, seleksi, paham, distribusi. produksi, analisis,verifikasi, evaluasi, interaksi/partisipasi dan kolaborasi.

“Terlihat verifikasi dan evaluasi menempati urutan ketujuh dan delapan prioritas penting, wajar saja banyak hoax kita sebar dari informasi yang kita sharing karena tak mendahulukan verifikasi dan evaluasi sehingga asal sharing saja,” ungkapnya. 

Sementara di urutan yang paling rendah adalah interaksi atau partisipasi dan kolaborasi. Yang paling rendah tersebut adalah kolaborasi yang merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk memecahkan masalah bersama. Ini penting sebad kompetensi ini mengajak peserta untuk berinisiatif dan mendistribusikan informasi yang jujur akurat dan etis serta termasuk bekerjasama dengan kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Untuk itulah ada sejumlah penerapan etika dalam berinteraksi dan berkolaborasi di ruang digital dengan mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini.  Haruskah kita meminta izin kepada pihak-pihak yang akan dicantumkan namanya digambar atau videonya? Mengapa?

Juga bagaimana perasaan kita jika seseorang yang dicatut nama gambar atau videonya kemudian menemukan masalah akan membuat pihak tersebut dirugikan?

Bagaimana jika kita melihat hasil karya kita sudah baik namun orang lain melihatnya tidak layak? Apakah yang membuatnya berbeda? Mengapa?  Itu yang perlu kita pikirkan agar cara untuk kita berinteraksi pada orang juga kita juga harus mempedulikan perasaan kita sendiri lalu perasaan teman-teman kita yang tersinggung dengan cara berinteraksi.

Selain Lalu Nurul, pembicara lainnya adalah Astrid Finnia Ayu Kirana, S.Sos, Managing Director PT Astrindo Sentosa Kusuma, Grace M.Moulina, Head of Marketing Communication, Financial Company dan Denny Abal sebagai Key Opinion Leader.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *