Headlines

Belanja Online Makin Mudah, Hati-hati Terjebak Perilaku Konsumtif

Maybrat Papua Barat -Kemudahan belanja online membuat makanan, keperluan rumah tangga, hingga perabotan bisa dibeli hanya dengan modal smartphone. Sayangnya kemudahan ini memiliki dampak negatif, yaitu memicu pola hidup dan perilaku konsumtif.

Nita Sellya pemilik Casolans mengatakan, perilaku konsumtif bisa merugikan di masa depan, apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang membuat sejumlah orang kehilangan pekerjaan.

“Biasanya perilaku konsumtif terjadi karena dendam masa lalu. Dulu nggak kebeli nih iPhone, tapi sekarang sudah kerja sudah punya penghasilan, akhirnya dibeli padahal nggak butuh,” tutur Nita dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Selasa (3/8/2021).

Kebiasaan lain yang memicu perilaku konsumtif adalah mudah terpengaruh tren. Biasanya hal ini terjadi pula ketika seseorang bosan dan membeli barang yang tidak dibutuhkan.

“Sangat berbahaya apalagi jika belanja tidak mengindahkan kondisi keuangan. Uang pas-pasan malah maksain ganti gadget, ini kan contoh perilaku konsumtif,” tuturnya lagi.

Daripada belanja, Nita mengatakan seharusnya internet digunakan untuk memperkaya wawasan. Aplikasi Bahaso misalnya, bisa digunakan oleh Anda yang ingin belajar bahasa asing. Atau aplikas Siber Kreasi yang juga berisi pelatihan dan materi tentang etika di media sosial.

Cara lain memanfaatkan internet adalah menggunakannya untuk berjualan. Jika Anda memiliki tetangga atau saudara yang punya produk namun sulit laku, bisa dijual dengan bantuan marketplace.

“Atau kalau nggak ada barang dan nggak ada modal juga, bisa pakai sistem dropship,” paparnya.

Di kesempatan yang sama, Daus Gonia CEO PT Dengan Senang Hati mengatakan kegunaan internet lainnya yang bermanfaat adalah sebagai sarana investasi online.

Ia menyebut salah satu jenis investasi online yang paling menari adalah investasi emas online, yang bisa dilakukan hanya dengan modal Rp 5.000 rupiah.

“Kenapa emas online murah? Karena dia tidak dicetak. Kita beli sedikit-sedikit saja sampai nanti sudah 1 gram atau 5 gram, baru kalau mau bisa dicetak,” paparnya.

Dalam webinar kali hadir juga, Fransiskus Tenau dan Putri Langi sebagai key opinion leader. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *