Headlines

Jejak Digital Itu Kejam Bisa Menghancurkan Masa Depan Jika Tak Dijaga

Sumba Timur  – Salah satu alasan penting mengapa pembelajaran literasi digital adalah agar bisa membuat indvidu dapat membuat keputusan yang lebih baik di ruang digital.

Selain itu karena dengan cakap berliterasi digital maka para pengguna internet juga mampu mencari informasi, mempelajari, menganalisis dan membandingkannya apa yang benar apa yang tidak, apa yang penting dan bermanfaat dan apa yang tidak serfta apa yang membahayakan dan yang aman.

Hal ini juga terkait dengan keputusan pengguna internet untuk bersuara dengan aman dan membuat jejak digitalnya positif dan tidak membahayakan bagi dirinya di masa depan.

Hal itu dikatakan oleh Fajar Sidik seorang Zinester & Podcaster 30 Degree Media Network dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin 9 Agustus 2021, bahwa suara yang kita sampaikan di ruang digital berbahaya.

“Suara yang kita sampaikan berbahaya karena setiap individu atau kelompok, warganet atau netizen itu mengalami dua kondisi yaitu netizen yang pernah mengalami bahaya dan netizen yang akan mengalami bahaya,” ujar Fajar Sidik dalam webinar yang dipandu oleh Kika Ferdind ini.

Ia juga menjabarkan bahwa jejak digital adalah kumpulan data online atau offline yang pasif seperti alamat IP, riwayat, lokasi aktif, foto, video, teks, informasi data, data diri yaitu data pribadi. “Semua jejak digital ini kejam sebagai bahan untuk mencari kesalahan di masa lalu maka tampilkan prestasi kita hari ini untuk reputasi kita di masa depan,” jelas Fajar.

Ia juga mengatakan bahwa di masa depan semisal kita menjadi pejabat atau pemimpin atau seseorang pengambil kebijakan penting, orang-orang yang tidak suka dengan kita bisa mencari cari bahan untuk mengorek-ngorek kesalahan sehingga rekam jejak digital sangatlah penting.

Untuk membuat jejak digital aman di masa depan, ada beberapa hal mendasar untuk menjadi bahan pertimbangan yaitu cara kita berinteraksi online, bagaimana kita mencari dan membagikan konten atau unggahan, ingat terus bahwa ruang digital seperti pedang bermata dua dan apa yang kita unggah akan ada selamanya.

“Juga penting dipertimbangkan adalah berpikir dulu sebelum memposting dan selalu menjaga diri dan data diri. Untuk itulah cari tahu diri sendiri di internet, hapus akun yang sudah tidak aktif, atur privasi segala data kita di internet dan pertimbangkan dampaknya untuk orang lain juga,” jelas Sidik.

Terkait soal mencari tahu diri sendiri di Google penting karena untuk mengetahui jejak digital apa saja yang terekam di internet, apapun data diri kita jika menemukan akun akun lama yang tidak aktif sebaiknya dihapus.

Karenanya menjadi hal yang penting agar kita bersuara dengan aman di media sosial, semisal berbicara pada podcast dan berpendapat di muka publik media sosial hal-hal baik. Jangan membagikan hal-hal buruk di medsos semisal komen-komen medsos apakah melanggar hukum, apakah menyinggung perasaan yang membaca atau mendengarnya, apakah membahayakan keselamatan nyawa orang lain seperti kasus memprovokasi atau mengajak orang melakukan kejahatan.

“Dalam ruang digital tidak ada yang benar-benar aman tapi bahaya di ruang digital ini dapat dihindari jika netizen bisa memilah hal hal baik untuk mencegah bahaya di ruang digital supaya tercipta ruang digital yang aman dan bagus di masa depan.”

Ia juga menegaskan lagi bahwa yang juga harus dijadikan pemahaman penting adalah bahwa dunia digital sama seperti dunia nyata. Jika kita melakukan hal-hal baik maka kita akan menerima hal-hal baik pula. Seperti juga di dunia nyata, jika kita berhati-hati maka ancaman kejahatan dari luar akan bisa kita minimalisir atau hindari.

“Contoh saja, jika kita mengunci rumah untuk mengamankan properti kita akan aman, juga jika kita memarkir mobil terus jendelanya dibuka pasti kesempatan masuknya kejahatan juga datang. Sama juga apapun yang ada di dunia nyata sama persis dengan dunia digital kalau kita mengamankannya tidak akan mengundang penjahat,” terangnya lagi.

Ia juga mengatakan jika perkembangan teknologi dalam 10 tahun berkembang dengan cepat maka begitu juga keamanannya. Oleh karena itu kita harus mulai untuk membuat rekam jejak yang baik karena kita tidak tahu akan terjadi apa 10 tahun yang akan datang. “Sehingga kita harus menjaga itu di ruang digital supaya masa depan kita juga tetap aman,” tandasnya.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Alex Iskandar, MBA, Managing Director IMFocus Digital Consultant, Masnaul Marbun, Owner Padadita Alishop & Dosen dan Bayu Eka Sari sebagai Key Opinion Leader.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *