Headlines

Medsos Menjadi Bagian Ruang Publik yang Membutuhkan Tanggung Jawab

Kupang NTT – Beberapa tahun belakangan, dunia digital sudah menjadi bagian dari keseharian manusia.  Apalagi sejak pandemi melanda, masyarakat digital mulai menjadi realitas hidup sehari-hari.

Menurut Yohanes Payong, S.Kom, MT, Kepala Lembaga Penelitian Publikasi dan Pengabdian Masyarakat STIKOM Kupang, masyarakat digital merupakan hubungan antar manusia yang terjadi melalui teknologi dengan memanfaatkan jaringan internet dan media atau platform tertentu.

“Masyarakat digital ditandai dengan intensitas yang tinggi atas pertukaran dan penggunaan teknologi komunikasi. Masyarakat yang semula berinteraksi dalam ruang nyata dan tatap muka, dengan kehadiran internet kini bisa berinteraksi dengan siapapun, tanpa harus dibatasi jarak ,waktu dan tempat,” ujar Yohanes dalam Webinar Literasi Digital yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama Siberkreasi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat 13 Agustus 2021.

Lebih lanjut dikatakannya ada sejumlah ciri masyarakat digital yaitu meningkatnya jumlah kepemilikan smartphone, tablet ,komputer, laptop dan perangkat teknologi informasi lainnya. Selain itu ciri lain adalah meningkatnya waktu akses internet dalam sehari dan kebutuhan paket data.

Selain itu,  masyarakat digital juga ditandai dengan maraknya penggunaan teknologi digital dalam berbagai aspek kehidupan seperti dalam aktivitas ekonomi, pelayanan publik dan kesehatan pendidikan dan sebagainya.

Masyarakat juga memiliki kebutuhan yang tinggi akan informasi pada aplikasi media sosial, aplikasi dompet digital, dan transaksi digital. Secara tidak langsung terjadi perubahan pola interaksi sosial langsung maupun tidak langsung.

“Dalam masyarakat digital, dibutuhkan pembelajaran berliterasi di dunia maya agar internet bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujar yohanes dalam webinar yang dipandu oleh Claudia Lengkey ini.

Keharusan berliterasi digital yang dirancang agar bisa cepat menjadi budaya merupakan sebuah keharusan, sebab rendahnya literasi digital membuat penggunaruang digital menjadi kurang mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan lunak pada mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta penghasil dompet digital, marketplace, dan transaksi digital.

Hal ini diperparah jika masyarakat akan bisa dengan mudah bisa menggali berbagai ujaran kebencian dan berita hoaks. Terkait berita hoaks, ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat digital mudah terpercaya berita hoaks. 

“Salah satunya karena masyarakat belum didukung tingkat literasi digital memadai, yang bisa dijadikan modal untuk menyikapi booming informasi di dunia maya secara kritis,” imbuhnya

Selain itu masyarakat acap kali masih menyembunyikan diri di balik kerumunan besar para pengguna media sosial, dan seolah merasa apa yang mereka lakukan bersama dengan anggota komunitas cyber yang lain tidak keliru.

Juga masyarakat masih banyak yang belum memahami bahwa media sosial ialah bagian dari ruang publik yang membutuhkan bentuk tanggung jawab para pemakainya untuk memastikan informasi yang mereka share benar-benar valid dan benar.

Untuk itulah perlu peran banyak pihak agar masyarakat terbiasa dengan literasi digital yang akan menumbuhkan masyarakat yang cakap digital.

“Perlu pelibatan stakeholder lainnya dalam peningkatan kepedulian dan partisipasi masyarakat. Implementasi konsep di semua lembaga pendidikan perlu diiterintegrasikan dalam kurikulum. Sehingga materi dasar / pokok literasi digital bisa diterapkan pada sejumlah kelompok masyarakat yang dirasa masih belum optimal termasuk di kelompok anak usia pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, literasi digital perlu tersampaikan dalam rangka pembelajaran daring di masa pandemi covid 19,” katanya.

Selain itu, guru sebagai salah satu target sasaran literasi digital dalam rangka pembelajaran secara daring belum secara optimal di masa pandemi covid 19. Juga masyarakat wilayah 3T atau garis perbatasan Indonesia dan negara Timor Leste sepanjang 268,8 KM yang dilintasi 10 kecamatan pada empat kabupaten di Pulau Timor sebagai salah satu sasaran literasi digital.

Sasaran lain adalah pada kelompok masyarakat yang masih terdapat kesenjangan digital baik di pedesaan maupun perkotaan yaitu perempuan, lansia dan lainnya.

Selain Yohanes, para pembicara lain yang turur berbagi wawasan tentang literasi digital adalah Sofia Sari Dewi, Content Creator, Hendrick Setiodithyo, Head of Marketing PT CIpta Retail Prakarsa dan Eryvia Maronie sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *