
Conference on Tobacco Control (ICTOH) ke-10 tahun 2025 di kampus Unud/dok.ist
Denpasar – Menjelang Indonesia Conference on Tobacco Control (ICTOH) ke-10 tahun 2025, Youth Forum semakin gencar menyuarakan kampanye anti-rokok di kalangan anak muda. Gerakan ini bertujuan untuk menekan angka perokok di Indonesia, khususnya mengingat bahaya serius yang ditimbulkan rokok bagi kesehatan generasi muda.
Putu Diah Pradnya Maharani alias Gek Diah, anggota DPRD Bali termuda, menjadi salah satu motor penggerak utama kampanye ini. Dalam acara ICTOH 2025 yang digelar di Kampus Unud Denpasar pada Senin (26/5), Gek Diah menekankan urgensi peran kaum muda.
“Merokok mungkin menurut orang hal sepele, padahal itu sangat mengancam generasi muda,” tegasnya.
Gek Diah juga mengaitkan isu ini dengan visi Indonesia Emas 2045. Ia memperingatkan, jika industri rokok terus menargetkan anak muda dengan promosi tak terkendali, maka yang terwujud justru adalah “Indonesia Cemas” akibat generasi muda yang tidak sehat.
“Hal seperti ini yang kita naikkan awareness-nya, karena merokok tidak baik, bukan saja bisa membunuh kita namun juga orang lain, karena perokok pasif juga berbahaya,” serunya.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari ratusan anak muda yang menolak intervensi industri rokok pada kegiatan mereka. Data menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia mencapai 70 juta orang, di mana 7,4 persen di antaranya adalah anak muda yang mulai merokok pada usia 4 hingga 9 tahun.
Menanggapi hal ini, Gek Diah menyebutkan bahwa Bali telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengaturan Rokok sejak tahun 2011. Namun, Perda tersebut akan direvisi untuk mengakomodasi perkembangan baru, termasuk munculnya rokok elektrik atau vape.
Sumaryati Aryoso, Ketua Tobacco Control Support Center TCSC IAKMI, senada dengan Gek Diah. “Kami IAKMI mementingkan pencegahan, perilaku hidup sehat penting sekali. Kita tahu merokok sumber pendorong terjadinya penyakit,” ujarnya.
Ia menambahkan, penyakit-penyakit terbesar penyebab kematian di Indonesia seperti stroke, paru-paru, jantung, dan pembuluh darah, semuanya dipengaruhi oleh rokok.
IAKMI melalui pengurus daerahnya aktif menyebarkan advokasi pencegahan rokok kepada pemerintah daerah. Sumaryati mengakui tantangan besar dalam menghadapi industri rokok yang memiliki anggaran iklan fantastis.
“Berat sekali menghadapi industri rokok, kita tahu iklannya bertriliun-triliun. Kita menyadari tantangan berat sekali sehingga kita berkolaborasi bergerak bersama,” ungkapnya.
Dukungan dari Musisi dan Akademisi
Kampanye anti-rokok ini juga didukung oleh musisi dan akademisi. Man Angga, personel grup band “Nostress”, dengan tegas menolak iklan rokok sebagai sponsor acara musik mereka karena menyadari bahaya asap rokok. Sikap ini diwujudkan dalam salah satu lagu andalannya berjudul “Smoking Kills”, yang terinspirasi dari budaya merokok di kalangan anak muda.
“Kadang kita juga bingung, bungkusnya diisi gambar yang mengerikan tapi kok boleh diedarkan bebas,” sebutnya.
Dukungan juga datang dari Mandara Brasika, Dosen Unud yang tengah menempuh studi di Exeter University Inggris. Melalui Zoom Meeting, Mandara menjelaskan bahwa peraturan rokok di luar negeri rata-rata sangat ketat.
“Jika di luar negeri, dibatasi usia minimal 15 tahun dan tidak dapat diperoleh di sembarang tempat,” jelasnya. Ketatnya peredaran rokok disebabkan oleh besarnya dampak kesehatan dari perilaku merokok yang pada akhirnya membebani anggaran negara.
Melalui kegiatan ini, Youth Forum berharap semakin banyak anak muda yang serius mengkampanyekan kesehatan paru-paru dan kesehatan diri mereka sendiri, demi melahirkan generasi yang sehat dan berdaya tinggi di masa depan. ***