Tiga Sekolah Pemenang Bali Water Protection (BWP) Competition, Antisipasi Ancaman Krisis Air

0

Kabardenpasar — Yayasan IDEP Selaras Alam melalui program Bali Water Protection (BWP) menyelengarakan lomba yang ditujukan kepada para siswa atau sekolah untuk berinovasi dan menuangkan ide-ide kreatif dalam upaya pelestarian air di Bali, dengan tema “Gerakan dari Sekolah untuk Menjaga Air”.

Sebanyak tujuh sekolah terdaftar menjadi peserta, dan setelah dilakukan penjaringan terpilih tiga sekolah menjadi pemenang nya. Salah satunya adalah SD Negeri Besan, kecamatan Dawan, kabupaten Kelungkung.

Sekolah ini mengembangkan sistem Taman Hujan Sekolah untuk menampung air hujan dari atap ruang kelas dan menyalurkannya ke taman resapan. Air hasil penampungan dimanfaatkan untuk irigasi kebun sekolah, penyiraman tanaman, serta pemeliharaan fasilitas sanitasi.

Osila, guru pembimbing dalam kegiatan ini mengatakan sekolah mencatat efisiensi penggunaan air bersih sebesar sekitar 50 persen dibandingkan sebelum proyek berjalan. “Dulu biasanya sekolah bayar sampai 75 ribu rupiah sekarang sekitar 25 hingga 35 ribu rupiah”, kata Osila yang didampingi kepala sekolah.

Selain siswa dan guru, kegiatan perawatan taman juga melibatkan komite sekolah dan masyarakat sekitar. Program ini sekaligus memperkenalkan konsep konservasi air sederhana yang dapat diterapkan di rumah tangga.

Dua sekolah lain pemenang lomba adalah SD Negeri 4 Munduk, Inovasinya dinamakan Taman MEKAR (Menjaga Kelestarian Air dan Ruang Hidup). Sekolah memanfaatkan area halaman untuk membuat taman resapan air yang berfungsi ganda sebagai ruang edukasi lingkungan.Kegiatan yang dilakukan meliputi penanaman tanaman lokal hemat air, dan pengolahan limbah organik menjadi kompos.Melalui sistem ini, sekolah melaporkan penurunan genangan air di halaman saat musim hujan, serta meningkatnya partisipasi siswa dalam kegiatan perawatan taman. Guru memanfaatkan taman ini sebagai sarana pembelajaran tematik tentang ekosistem dan siklus air.

Sekolah yang ketiga adalah, SMA Negeri 1 Penebel menerapkan Sistem Tower Ganda, yaitu dua menara air untuk menampung air hujan dan mendaur ulang air limbah cuci tangan.Air limbah disaring menggunakan lapisan arang, pasir, dan kerikil, lalu dimanfaatkan kembali untuk penyiraman tanaman. Sistem ini tidak membutuhkan listrik dan dapat dibuat dengan biaya rendah, sehingga mudah direplikasi oleh sekolah lain. Melalui kegiatan ini, siswa terlibat dalam seluruh proses mulai dari perancangan hingga pemantauan volume air yang digunakan kembali.

Direktur Eksekutif IDEP, Muchamad Awal mengatakan tiga sekolah terpilih sebagai pemenang karena menonjol dalam kreativitas, keberlanjutan, dan relevansi dengan kondisi lokal.

“Lomba ini menggunakan pendekatan bottom-up, di mana masyarakat—dalam hal ini sekolah—dilihat bukan sebagai obyek penerima manfaat, melainkan sebagai subyek dan agen perubahan dalam menyelesaikan masalah publik. Kami percaya masyarakat mampu menghasilkan inovasi dan solusi lokal dari, oleh, dan untuk masyarakat. Bukan untuk menggantikan peran negara, tetapi untuk mempercepat penyelesaian masalah dengan menunjukkan potensi inovasi berbasis masyarakat,” ujar Muchamad Awal.

Ditambahkannya, Inovasi konservasi air berbasis sekolah melalui pendekatan partisipatif menjadi salah satu tujuan yang didorong dalam kegiatan ini. “Sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang praktik nyata dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air di Bali”, tutup Awal.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *