Jelang Pertemuan IMF World Bank, GWK Siap Pukau Turis

0

Menjelang pertemuan IMF-World Bank pada bulan Oktober 2018 mendatang, Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park di Jimbaran menyelesaikan pembangunannya yang genap 28 tahun ditandai dengan acara soft launching pada tanggal 4 Agustus 2018.

Pada acara jumpa pers mengawali acara soft launching yang dihadiri sejumlah tokoh penting terwujudnya patung yang diharap mampu menjadi salah satu magnet para turis datang ke Indonesia khususnya Bali itu, motor penggerak sekaligus pencetus ide seniman Bali Nyoman Nuarta mengungkapkan jatuh bangun pembuatan patung tersebut.

Dengan perjuangan panjang dan pengorbanan energi, materi, ide, juga air mata selama 28 tahun terakhir melewati beragam tantangan, akhirnya pada 4 Agustus 2018 lalu patung Garuda Wisnu Kencana secara resmi menyelesaikan 100 persen pembuatannya dan siap menjadi ikon baru bagi Indonesia dan menjadi magnet dunia untuk datang ke Indonesia khususnya ke Bali.

Acara syukuran soft opening peresmian selesainya patung ini ditandai dengan pagelaran seni bertajuk “Swadharma Ning Pertiwi” dengan menampjlkan kolaborasi seni budaya, tekhnologi dan kreativitas juga sains.

Dalam acara jumpa wartawan yang juga dihadiri oleh sejumlah pihak dan tokoh penting yang sangat mensuport terselesaikannya patung ini seperti Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar RI, I Gde Pitana, Direktur Utama PT Garuda Adhimatra Indonesia, Harjanto Titohadiguno, dan Direktur Epson Indonesia, Shimizu Tomoya, pemrakarsa maha karya kolaborasi seni, kreativitas. tekhnologi dan sains, Nyoman Nuarta mengatakan bahwa maha karya ini merupakan milik rakyat Indonesia dan merupakan suatu kebanggaan yang dibagi dengan masyarakat kita, sebab ia merupakan persembahan bagi dunia. “Patung ini dibangun dengan semangat memberikan persembahan untuk negeri dari banyak pihak dari berbagai kalangan yang berbeda latar belakang profesi, suku ras, ekonomi dan agama, termasuk para sponsor yang memberi dukungan finansial, para tokoh yang berbeda profesi, seniman dan para pekerja yang berbeda keyakinan agama dengan warga Hindu Bali bahkan ada beberapa yang dalam perjalanan 28 tahun telah terlebih dulu wafat,” ujar Nyoman Nuarta dengan mata berkaca kaca.

Dalam kesempatan itu juga I Gde Pitana juga mengungkapkan rasa penghargaan dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah bekerja keras mulai dari ide awal sampai dengan terwujudnya GWK. “Banyak tokoh dari berbagai kalangan yang sangat berperan dalam proses panjang ini dalam berbagai aspeknya. Tanpa bermaksud mengecilkan arti yang lain dapat kita sebutkan: Bapak Nyoman Nuarta, Menparpostel Soesilo Soedarman, Menparpostel Joop Ave, Mentamben IB Sudjana, Gubernur IB Oka, Gubernur Made mangku Pastika, Yayasan GWK, Menbudpar I Gede Ardhika, Menbudpar Jero Wacik, PT Telkom, PT Garuda Adimatra Indonesia, masyarakat lokal, seniman dan pekerja semuanya,” ungkap Pitana.

Lebih lanjut Pitana juga mengatakan bahwa GWK akan jadi ikon baru Bali Bali dan Indonesia, bukan saja mengandalkan pariwisata berbasis alam dan budaya tetapi juga berbasiskan pada kreatifitas manusianya. Selain itu keberadaan GWK dengan tinggi 121 meter atau total 271 meter jika dihitung dari permukaan laut menjadikan GWK sebagai salah satu patung tertinggi di dunia.

“GWK bisa menjadi identitas Bali dan Indonesia sebagai mana karya karya sejenisnya juga sebagai identitas negaranya semisal Liberty di Amerika, Eiffel di Paris, Menara Pisa di Italia dan lainnya.

Diprediksi juga oleh Pitana bahwa dengan ikon baru ini maka kunjungan wisatawan akan terus meningkat ke Bali sehingga jargon “Jika belum datang ke GWK rasanya seperti belum ke Bali” akan bisa terjadi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT Garuda Adhimatra Indonesia sebagai pengelola GWK, dari total pengunjung GWK 10,7 persen merupakan wisman. Pihaknya mencatat kunjungan wisman di Bali pada 2017 meningkat 16 persen menjadi 5.697.739 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4.927.937.

Dengan mempertimbangkan besarnya pertumbuhan kunjungan wisman tersebut dan adanya GWK yang mampu menarik wisman sekitar 1-2 juta tiap tahunnya, diperkirakan pertumbuhan kunjungan wisman pada tahun ini mencapai dua kali lipat atau mencapai 7,5 juta.

Epson sebagai pemimpin pasar proyektor di Indonesia dan dunia terus melakukan terobosan dan inovasi teknologi yang mumpuni. Bertepatan dengan diresmikannya Taman Wisata Garuda Wisnu Kencana, Epson mempertontonkan suguhan video mapping dalam mendukung acara “Swadarma Ning Pertiwi: 28 Tahun Merajut Mimpi Untuk Negeri” dengan memanfaatkan 16 buah proyektor berkekuatan tinggi dengan tingkat kecerahan 8.000 hingga 25.000 lumens. Delapan buah proyektor laser digunakan pada Patung GWK dan delapan lainnya dipertontonkan pada area panggung.
“Video mapping akan menjadi petunjuk bahwa teknologi sangat berperan pada abad ini. Apalagi teknologi digital semakin hari semakin menjadi kebutuhan. Jika diterapkan pada GWK, akan menjadi sinergi yang luar biasa menarik. GWK sendiri bertumpu pada akar tradisi, tetapi menerapkan teknologi kontruksi modern dalam perancangannya. Oleh sebab itu menjadi sangat unik, menarik, dan strategis penggunaan video mapping dalam pentas bertajuk Swadharma Ning Pertiwi nanti. Kesimpulannya: GWK tetap berdiri di atas akar tradisi yang kokoh, tetapi juga menyerap kemajuan peradaban manusia yang disimbolkan dengan pencapaian teknologi digital.” Ujar seniman penggagas dan pembuat Garuda Wisnu Kencana (GWK), Nyoman Nuarta.

Sebelumnya pada tanggal 31 Juli 2018 lalu telah dilakukan pemasangan modul terakhir untuk menggenapi jumlah modul sebangak 754 modul. Modul terakhir ibu berupa kepingan tembaga kuningan pada bagian tertinggi dari ekor Garuda.

Untuk menggenali kehadiran GWK digelar perhelatan bertajuk “Swadharma Ning Pertiwi” yang melibafkan para seniman dari berbagai bidang termasuk Ayu Laksmi, Dira Sugandi. Putu Fajar Areana, Eko Supriyanto, Rubi Roesli, Tjok Abi dan Gung Rama serta lainnya.

Menurut Nyoman Nuarta, inti dari perhelatan ini merupakan pemberian penghargaan kepada 120 seniman yang selama ini dengan tekun, sabar dan kerja keras menyusun patung GWK dari hari ke hari yang sebagian besar telah bekerja selama 28 tahun. Mereka bekerja di bengkel kerja Studio Nyoman Nuarta di Bandung.

Perhelatan itu juga disemaraki dengan kolaborasi teknologi dan tradisi gang didukung oleh Epson yang menyuguhkan video mapping dalam mendukung acara “Swadarma Ning Pertiwi: 28 Tahun Merajut Mimpi Untuk Negeri.” (Abi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *