Batasi Anak Bermain Gadget
Badung – Pengguna dunia digital di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat saja, apalagi di tengah wabah pandemi yang memaksa segala aktivitas beralih ke online.
Selain pengguna yang tinggi, Indonesia juga menurut sejumlah survei memiliki karaktersitik pengguna yang hampor beragam dari sisi umur, yang terbanyak adalah dalam renatang usia 13-60 tahun lebih.
Bahkan faktanya, banyak keluarga yang membiarkan anak balitanya terbiasa bermain dengan dunia digital di ponsel untuk alasan biar anteng (diam—red). Karenanya anak-anak butuh perlindungan agar terhindari dari segala macam sisi negatif dunia digital termasuk kejahatan.
Menurut Gebryn Benjamin, Lead Crative Strategy Frente Indonesia dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Badung, Bali, pada Jumat 9 Jumat 2021, teknologi digital selalu berkembang dan selalu ada yang baru seiring dengan bergeraknya waktu.
“Perkembangan ini juga diikuti oleh fasilitas yang juga berkembang sesuai jaman seperti perubahan komunikasi, hiburan, permainan, alat bantu pendidkan, kesehetahan dan lain sebagainya. Khusus untuk dunia digital anak-anak, kita dituntut untuk mengawasi anak yang juga akan selalu berubah mengikuti perkembangan jaman. Hal ini menjadi tugas dan tanggungjawab orang tua,” ujar Gebryn.
Ia juga mengajak para orang tua untuk fokus menjaga anak anak dari pengaruh buruk internet. Karena dunia internet tak bisa dilepaskan sebagai alat bantu juga untuk keseharian anak di tengah suasana pandemi yang mengharuskan kegiatan sekolah daring.
Dengan internet, orang uta juga merasa semakin percaya diri dalam membantu anak menggunakan internet dengan aman tetapi selalu ada lebih banyak hal yang bisa bisa dilakukan. Kendati banyak terbantukan oleh internet, banyak juga orang tua yang khawatir.
Melansir survei yang digelar pada Februari 2021 yang menyebutkan bahwa 51 persen orang tua dari anak yang sekolah online selama pandemi merasakan peningkatan kekhawatiran tentang keamanan online.
“Anak anak akan selalu ingin tahu. Pengaruh buruk internet dan gadget terhadap anak anak dianntaranya bisa membuat kecanduan, sulit konsentrasi, berontak, menyendiri, cuek, dan gangguan pada pertumbuhan fisik,” imbuhnya.
Selain itu, anak anak juga harus diwaspadai akan dapat melihat konten yang tidak pantas untuk usianya yang berakibat mengganggu fisik. Anak anak juga bisa terancam dari sisi keamanan yaitu adanya spam dan peretasan, juga perundungan atay bullying.
Karenanya ia memberi tips untuk mengawasi anak-anak di dunia digital. Diantaranya adalah dengan tetap menjalin komunikasi yang baik dan hangat, selalu cari informasi tentang perkembangan teknologi. Bisa juga dengan menggunakan platform yang sudah punya reputasi baik terkait keamanan pengguna pada gawai anak
“Cari tahu tentang aktivitas anak (media, game sosial media, dan chat), jauhkan dari aplikasi dan sosial media yang belum layak, temani anak saat akses internet dan batasi waktu dan akses penggunaan dan ajari anak untuk membuat sandi yang aman.”
Pembicara lain, Aryo Hendarto, CEO PT Mandalika Wasita Sajiwa, ikut memberikan tipsnya kepada para pengguna internet mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan dunia digital, khususnya di bidang pekerjaan.
Menurut Aryo, tren pekerjaan yang banyak diminati dan menjadi tren adalah yang terkait digital seperti content writer, website development, blogger, instagram influencer, mengajar online juga youtuber.
“Selain itu jenis pekerjaan lain yang tengah dan akan masih tren adalah pebisnis toko onlie, podcaster dan develop mobile apps.”
Selain Gebryn dan Aryo, juga hadir sebagai pembicara DR . I Ketut Sukowati Lanang Putra, Dosen FH Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dr I Wayan Edi, Dosen Polteknin Negeri Bali, dan Key Opinion Leader, Nard Geisha.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.