PPKM Darurat, Bendesa Adat Kampial Tanggap Salurkan Dana Desa Bantu Warganya
Badung – Warga desa adat Kampial, Kuta Selatan, kabupaten Badung Bali, kembali menerima bantuan beras 25 kg dan uang sebesar Rp. 200.000 dari Desa Adat, Selasa 20 Juli 2021.
Sebelumnya jelang hari raya Galungan dan Kuningan lalu warga juga diguyur bantuan beras dan uang sebesar Rp. 2.400.000 per KK.
Bendesa Adat Kampial, Drs. Nyoman Sudiarta, mengatakan program ini sebagai bentuk kepedulian desa adat kepada warga untuk sekedar meringankan beban hidup di masa pandemi Covid-19 dan penerapan PPKM Darurat saat ini.
“Tentu sesuai dengan komitmen prajuru, sebagai dukungan dalam situasi kondisi saat ini,” kata Nyoman Sudiarta terkait kebijakannya tersebut.
Sejak terpilih dan dikukuhkan menjadi Prajuru Desa Adat Kampial Sabtu 08 Februari 2020 lalu, sosok kelahiran Badung, 27 Mei 1966 tersebut, memiliki segudang program pro rakyat. Yang paling menonjol adalah gaji bulanan untuk warga krama desa adat Kampial berupa tabungan di LPD desa adat setempat.
Selain bantuan beras dan uang pada waktu- waktu tertentu seperti sekarang yaitu masa PPKM darurat, atau jelang perayaan hari suci ummat Hindu Bali Galungan dan Kuningan, sumbangan kematian yang jumlahnya antara Rp. 5 juta hingga Rp. 20 juta.
“Mungkin banyak warga tidak perhatikan bahwasanya tiap bulan mereka mendapat dana dari desa adat karena langsung ditransfer ke rekening masing -masing”, urai Sudiarta yang akrab disapa Mayun tersebut.
Salah seorang warga Desa Adat Kampial, I Nyoman Kona, mengatakan sangat mendukung program desa yang menyalurkan bantuan di saat warga sedang membutuhkan. Apalagi program desa yang menyisihkan pendapatan untuk dibagikan setip bulan untuk warga yang dinamakan dana krama desa. “Kami menyampaikan terimakasih kepada pengurus Desa terutama Jro Bendesa atas program-program yang sangat membantu krama,” urainya.
Senada dengan Kone, I Nyoman Mudi mengatakan saat sulit sekarang ini dampak dari pandemi covid-19 dan PPKM darurat bantuan dari desa adat sangat berharga. “Terimakasih sangat terbantu. Saya tidak bekerja lagi cuma ibu rumah tangga. Lebih lima juta pengeluaran sebulan biaya listrik air, suami kerja di SPBU bantuan desa sangat membantu “, ujarnya lirih.
Sudiarta mengakui dalam kondisi saat ini dana untuk krama porsinya mengalami penurunan karena sumber-sumber pendapatan desa ikut terdampak pandemi covid-19. “Harapan kita pandemi Covid-19 cepat berakhir, sehingga pendapatan desa kembali normal dan warga bisa mendapat lebih banyak lagi”, tutup bendesa yang selalu tampil sederhana merakyat ini. (Abi)