Rekam Jejak Digital Sama Dengan Reputasi
Buleleng – Beragamnya platform media sosial membuat pengguna internet menjadi lebih mudah mengeksresikan diri, menambah wawasan juga berbisnis di era digital. Tapi harus diingat juga semakin banyak pilihan maka akan semakin banyak juga rekam jejak digital kita yang berceceran dimana-mana.
Menurut Alki Adi Joyo Diharjo, CEO Viding, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Buleleng, Bali, Kamis 22 Juli 2021, rekam jejak digital sama dengan reputasi.
“Karena rekam jejak di dunia digital itu jika sudah terunggah di dunia digital akan sangat sulit menghapusnya, maka berhati-hatilah dengan rekam jejak,” ujar Alki dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani ini.
Lebih lanjut, Alki mengatakan kehati-hatian itu diterapkan pada konten apa yang kita bagikan, tempat dimana konten itu dibagikan dan kepada siapa konten itu dibagikan.
Selain berhati-hati dengan hal-hal tersebut, maka kita harus bijak dan cerdas dengan apa yang kita lakukan yaitu cerdas memilih situs yang kita kunjungi, email yang kita bukan dan link yang kita klik.
Dia juga mengungkapkan bahwa dari penelitian yang dirilis tahun 2020 diketahui bahwa ada 5200 gygabite data setiap orang di bumi. Dengan rincian pada tahun 2020, pengguna internet membuat 1,7 mb data setiap detik. Pada tahun 2022 70 persen dari GDP Globes akan mengalami digitalisasi dan pada tahun 2021 68 persen dari pengguna Instagram melihat foto mereka. Serta pada tahun 2025 ada 200+ zettabytes data akan berada di penyimpanan cloud di seluruh dunia (zettabytes=1.000.000.000.000 gygabytes).
“Di tahun 2020 pengguna internet mengirim sekitar 500.000 tweets per hari da di akhir tahun 2020 ada 44 zettabytes akan meliputi bumi ini. Setiap hari ada 306,4 miliar email yang dikirik dan 500 juta Tweets telah dibuat,” kata Alki dalam Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi.
Banyaknya data yang terkumpul dalam ruang digital ini berasal dari banyak sumber, bisa dari chat yang kita kirim hingg dari jenis gadget, IP dan metadata. Data-data yang terkumpul bisa diperinci sebagai Emails 148 miliar yang terkirim, Google 2,2 juta pencarian, YouTube 37.000 jam yang telah ditonton, App store 48.000 yang didownload, twitter 350.000 tweets, whatsApp 20,8 juta pesan yang terkirim dan 29.200 postingan Instagram.
Untuk menjaga rekam jejak kita positif dan tidak membahayankan di asa mendatang maka sejumlah langkah bisa kita lakukan diantaranya ramah dan selalu positif, gunakan pengaturan privasi dari setiap platform.
Selain itu juga jangan overshare, gunakan password keeper/password manager, gunakan anonymous email untuk email kedua,pisahkan dengan email professional. Juga baca selalu term & condition di setiap platform dan juga selalu memhami bahwa apa yang kita share akan terekam selamanya.
Terkaitn jejak digital ada sejumlah pertimbangan yang perlu dijadikan bekal sehingga kita paham kenapa jejak digital harus dijaga sepositif mungkin jika tidak ingin bermasalah di masa depan.
Keuntungan memiliki jejak digital yang positif adalah untuk kehidupan professional kita di masa depan. Hal ini untuk meningkatkan kesempatan dan peluang (dunia kerja, bisnis dan lain-lain. Selain itu juga untuk meningkatkan performa bisnis di mata klien.
Tak hanya kehidupan karir professional kita, kehidupan pribadi pun akan berdampak misalnya bisa meningkatkan dukungan dari keluarga (kepercayaan,hubungan interpersonal juga keuntungan dalam sisi asmara pengguna ruang digital. “Selalu ingat jargon: What you share Will always be there (Apa yang kita unggah akan selalu ada—red).
Selain Alki, hadir juga sejumlah pembicara lain yaitu M Dedy Gunawan, SH, MH, Ketua Bidang Koperasi & UMKM HAPI, Ida Bagus Kade Dwi Suta Negara, S.Kon, MT, Koordinator Program Studi Teknik Informatika Universitas Triatma Mulya dan Guntur Nugraha sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.