Adaptasi Digital Makin Buka Peluang
Jembrana – Situasi pandemi yang hampir dua tahun melanda seluruh umat manusia di bumi memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru yang sebelumnya tak kita duga sama sekali.
Dengan pembatasan ruang gerak yang membuat kita harus siap mengadaptasi banyak kebiasaan baru. Sementara dari sisi Pendidikan juga harus beradaptasi dengan kondisi pembatasan mobilitas.
Menurut Rio Mulyono, Direktur Utama PT Andara Lintas Indonesia, yang paling menimbulkan banyak masalah di masa pandemi adalah soal perekonomian keluarga, penghasilan masyarakat turun drastis sehingga menganggu kegiatan bisnis dan hidup keseharian.
“Kondisi ini mengganggu tiga aspek yaitu penawaran, permintaan dan suplai,” ujar Rio Mulyono Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Jembrana, Bali, Selasa 27 Juli 2021.
Ia juga mengatakan dengan jumlah pengguna internet terus meningkat dengan jumlah perangkat mobile yang terkoneksi melonjak menjadi 345,3 juta pengguna. Sementara Per januari 2021 pengguna nternet berjumlah 202,6 juta meningkat 15,5 persen atau 27 juta dari tahun 2021.
Rio mengungkapkan, pandemi membuat perubahan besar dalam kehidupan manusia sementara UMKM turun penjualannya di Asia Pasifik selama pandemi. Dengan data bahwa 30 ribu bisnis di 50 negara mengalami penurunan penghasilan sebanyak 61 persen.
“Kita dipaksa untuk beralih digital. Memiliki digital skil adalah kemampuan seseorang dalam memahami teknologi digital menggunakan dan memanfaatkan serta mengoptimalkan penggunaan teknologi digital untuk diterapkan di berbagai sektor termasuk di sektor non teknologi,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya ada beberapa digital skill yang wajib dimiliki di era pandemi yaitu kemampuan untuk mengetahui dan memahami penggunaan platform komunikasi digital seperti WhatsApp, zoom, microsoft team atau google serta telegram. Selain itu kemampuan lain yang juga harus dimiiki adalah memahami cara menggunakan media sosial secara efektif bahkan mendapatkan keuntungan darinya.
“Contoh membuat konten marketing, melakukan personal brading, membuat konten edukasi yang bersifat informatif yang berguna untuk orang lain. Juga pengetahuan tentang digital marketing untuk memasarkan produk jasa secara digital,” ujarnya.
Tak kalah penting adalah pengetahuan mengenai transaksi digital di bidang finansial. Contohnya menggunakan digital banking apalagi untuk investasi dompet digital dan sebagainya. Era new normal membuat semua beralih ke online. “Jangan takut new normal tidak bisa berbuat apapun, malah kesempatan makin luas dengan beradaptasi lewat dunia digital,” lanjutnya.
Adaptasi dengan dunia digital juga wajib diterapkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. “Dampak negatif perkembangan dunia digital adalah ancama kejahatan seperti hoax phising yang sekarang ini kerap terjadi,” ujar Chris Jatender, Kaprodi Teknik Informatika STTI STIENI.
Ia mengatakan jika tidak bijak memakai media sosial maka masalah akan datang termasuk ancaman kejahatan seperti phising yang kerap terjadi.
“Data yang menjadi sasaran adalah data pribadi yaitu nama usia dan alamat, data akun seperti username dan password dan data finansial yaitu informasi kartu kredit dan rekening,” ujar Chris.
Ada banyak jenis penipuan ini diantaranya adalah email phising, web phising, smishing, voice phising, spear phising dan whale phising.
Untuk itu kita perlu berhati-hati agar bisa menghindari penipuan yang jenisnya banyak ini. Sejumlah cara yang bisa dilakukan adalah dengan selalu mengecek ciapa saja pengirim email, jangan asal klik link yang diterima dan pastikan keamanan website yang diakses.
Selain Rio dan Chris, juga hadir pembicara lain yaitu Made Suharta Wijaya SH, Kanit Idik 4 Reskrim Polres Jembrana Bali dan Denny Abal sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.