Sering Disalahartikan, Kenali Perbedaan Hacker dan Cracker
Sorong Papua Barat -Teknologi dan digitalisasi di era revolusi industri 4.0 berkembang dengan pesat. Saat ini hampir semua industri mengalami transformasi digital dan menjadikan data sebuah hal yang sangat penting.
M. Randy Mandala Putra selaku IT di RS Anggrek Mas mengatakan, masih banyak orang yang tidak menyadari betapa pentingnya data di era digital. Kasus yang baru-baru ini terjadi mengenai kebocoran data pada aplikasi PeduliLindungi memperlihatkan bahwa keamanan digital masih lemah.
“Dari kasus tersebut, orang awam pasti akan bilang kalau itu ulahnya hacker sampai data-data tersebut dicuri. Banyak orang bingung juga sebenarnya apa itu tugas hacker,” ujar Randy saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital di wilayah Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (7/9/2021).
Di kalangan publik, hacker dianggap perusak yang sering mengacaukan sistem jaringan. Hacker menjadi salah satu orang yang paling dicurigai dalam kasus serupa terkait keamanan pada suatu sistem. Dalam Webinar Literasi Digital, Randy menjelaskan bahwa hacker bukanlah orang yang bekerja untuk mengambil data penting. Sebaliknya, hacker ialah orang yang menjaga sistem.
Ia menjelaskan, terdapat dua jenis hacker yakni hacker aliran putih dan hitam. Di dunia IT sendiri, istilah hacker beraliran hitam atau black hat dikenal dengan cracker. Orang yang mengambil data-data penting untuk tujuan kejahatan merupakan cracker bukan hacker.
“Di masyarakat umum atau orang awam masih banyak yang menganggap hacker itu berkonotasi negatif. Padahal hacker dan cracker itu berbeda,” jelasnya.
Hacker merupakan orang yang ahli dalam sebuah keamanan jaringan komputer. Mereka memiliki kemampuan mempelajari, memodifikasi, dan menganalisa ke dalam jaringan komputer. Ketika terdeteksi kelemahan sistem, maka hacker akan memberitahukan kepada pihak berwenang, yakni pemilik sistem tersebut. Begitu pun dengan cracker yang memiliki kemampuan serupa dengan hacker. Akan tetapi, cracker ini mencari kelemahan dari suatu sistem bukan untuk tujuan yang baik, tetapi untuk mengambil data dan menyabotase sebuah sistem.
Selain itu, umumnya teknik yang digunakan oleh hacker ialah hacking. Kemudian, hacker akan mencari solusi terhadap suatu kerusakan sistem atau bug untuk disampaikan kepada pemilik sistem. Berbeda dengan cracker akan langsung menghancurkan suatu sistem ketika berhasil masuk ke dalamnya. Cracker akan mencari kelemahan sistem dan menyalahgunakannya untuk keuntungan pribadi.
Randy mengatakan, masyarakat harus memahami bahwa istilah hacker dan/atau hacking itu tidak negatif. Ia juga menyampaikan, hacker ini dipekerjakan secara legal oleh suatu instansi. Biasanya oleh instansi perbankan atau perusahaan start up unicorn. Hal ini berbeda dengan cracker yang bekerja secara sembunyi-sembunyi.
Jika dilihat dari sifat-sifatnya, hacker ini memiliki etika dan kreatif dalam merancang suatu software yang berguna. Kemudian, hacker mampu menganalisa kemampuan suatu sistem, memiliki critical thinking serta jiwa memecahkan masalah yang tinggi. Selain itu, orang yang bekerja sebagai hacker umumnya menghormati mesin yang di hack dengan tidak merusaknya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (7/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Tiara Maharani Kusuma (Writer –pegiat literasi), Rahmat Takbir (Fotografer), dan Putri Langi (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.