Gangguan Kecanduan Internet dan Bahayanya
Mimika -Banyak aktivitas yang berubah di dunia digital. Selama pandemi tanpa sadar kita berurusan dengan internet. Tetapi, kita harus tahu porsinya kapan ada di dunia maya dan di dunia nyata.
Gangguan kecanduan internet ialah penggunaan internet yang bermasalah dan kompulsif jadi merugikan diri sendiri. “Akibatnya gangguannya juga signifikan, jadi meskipun kita engga merasa tetapi orang lain yang melihat itu merasa,” ujar Sofia Sari Dewi, seorang Fashion Designer dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (15/9/2021).
Sekarang ini di saat pandemi seharian memakai internet karena sekolah atau bekerja dari rumah. Sofi mengungkapkan untuk tidak lupa berkegiatan offline di sela-sela istirahat aktivitas online. Antara kegiatan online dan offline keduanya harus seimbang. Sebab, terlalu banyak mengakses internet tentu berdampak pada pekerjaan kita.
Bahaya kecanduan internet dapat menurunkan kinerja saat belajar atau bekerja karena adanya distraksi dari internet. Selain itu, internet berlebih menyebabkan bahaya emosi dan fisik kita, serta bisa merusak hubungan pribadi dengan keluarga karena jarangnya berkomunikasi.
Efek-efek tersebut pun mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pengguna internet, seperti terkena gangguan tidur akut, rasa lelah berlebihan, sulit konsentrasi, tingkat stress lebih tinggi dan emosi tidak stabil, gangguan mata, depresi, dan kecemasan berlebihan.
“Ketika kamu merasa tidak perlu berinteraksi dengan sekitar itu berarti sudah kebanyakan main internet. Karena udah merasa punya banyak kenalan di internet,” tegasnya.
Selain itu, ciri lainnya yakni tidak ingin bekerja atau belajar. Tidak bisa berpisah dengan handphone dan komputer. Merasakan banyak gejala penyakit tertentu.
Ketika kita merasakan gejala kecanduan tersebut, langkah yang bisa dilakukan agar tidak semakin parah ialah melakukan detox internet.
Sofia menyampaikan, cara detox internet ialah harus memiliki tekad untuk berubah menjadi lebih baik, melakukan hobi offline yang menyenangkan, menghapus aplikasi yang membuat kecanduan (media sosial, games, marketplace), gunakan internet dengan bijak sesuai kebutuhan, serta menyelamatkan diri kita sendiri dengan kehidupan yang seimbang di dunia maya dan nyata.
“Jangan sampai kita lupa kalau hidup di dunia nyata dan hanya sibuk di dunia maya,” katanya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (15/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Alaika Abdullah (Virtual Assistant & Digital Content Creator), Yahya Nusa (Direktur Tax Center STIE Jambatan Bulan), dan Eryvia Maronie (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.