KKP Dorong Peningkatan Produksi Ikan Melalui Budidiaya

0

Jakarta – Di tengah segala keterbatasan akibat pandemi COVID-19, kebutuhan pangan masyarakat tetap harus dipenuhi. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produksi ikan Indonesia melalui budidaya.

Guna mencapainya, KKP melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) menyelenggarakan “Pelatihan Budidaya bagi Penyuluh Perikanan” pada 23-29 Juni 2020.

Pelatihan yang dilakukan secara daring ini diikuti oleh 178 penyuluh perikanan dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Para peserta dibekali pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya perikanan melalui sejumlah materi. Beberapa di antaranya yaitu manajemen benih dan induk; pakan ikan; manajemen kualitas air budidaya perikanan; hama dan penyakit ikan; akses permodalan sektor kelautan dan perikanan; serta analisis usaha perikanan.

Pembekalan ini diharapkan dapat mengoptimalkan penyuluh untuk mendorong produksi budidaya di tengah masyarakat.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja menyatakan bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap ikan cukup tinggi.

“Masyarakat Indonesia jumlahnya 260 juta. Kalau dikalikan dengan tingkat konsumsi ikan per tahun yang sekitar 53 kg/orang maka kita membutuhkan sekitar 13 juta ton ikan/tahun,” ungkapnya.

Angka ini belum ditambah dengan kebutuhan untuk produk olahan dan ekspor.

Sementara itu, saat ini kebutuhan tersebut dipenuhi dari sektor perikanan tangkap sebesar 7,5-8 juta ton/tahun. Sementara sisanya harus dipenuhi dari sektor perikanan budidaya. “Saat ini, produksi budidaya kita sekitar 6,5 juta ton. Ini masih bisa kita tingkatkan,” imbuh Sjarief.

Ia menilai, Indonesia memiliki potensi budidaya yang belum dioptimalkan. Dari 2 juta hektar luas tambak yang ada, saat ini baru 400.000 hektar tambak yang terkelola dengan baik. Sebagian besar pun masih dikelola secara tradisional tengan tingkat produktivitas yang rendah.

Untuk itu, Sjarief mendorong para penyuluh perikanan untuk mengajak masyarakat berbudidaya ikan. “Penyuluh sebagai ASN mendapat tugas dari negara agar ketahanan pangan kita, terutama dari pemenuhan kebutuhan protein masyarakat ini bisa tercapai,” ujarnya.

Namun agar usaha budidaya masyarakat berjalan baik, Sjarief mengingatkan agar para penyuluh memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat. Beberapa di antaranya ialah sebagai berikut.

Pertama, pembentukan tambak. Sebelum memulai produksi, desain tambak harus disiapkan dengan baik. “Bagaimana saluran airnya? Supaya kualitas airnya bagus, harus dibuat reservoir dulu yang bagus,” ujar Sjarief mencontohkan.

Kedua, pakan. Pakan merupakan komponen yang menyedot 60-70% dari budidaya perikanan. Oleh karena itu, sumber pakan harus direncanakan dengan baik sebelum memulai produksi.

“Apakah pembudidaya akan menggunakan pakan dari pabrik atau membuat pakan mandiri dengan bahan baku yang ada di sekitarnya sehingga keuntungannya lebih besar? Kita dorong mereka untuk tahu teknologi pakan,” tutur Sjarief.

Ketiga, unsur pengganggu seperti hama dan penyakit. Ia mengingatkan agar masyarakat diberikan pengetahuan untuk mencegah dan mengatasi penyakit ikan. “Jangan sampai satu tambak kena penyakit maka tambak lainnya juga tertular,” imbuhnya.

Keempat, obat dan vaksin. Berkaitan dengan poin sebelumnya, masyarakat harus diberikan informasi tentang berbagai jenis obat dan vaksin yang tersedia jika usaha budidayanya digerogoti oleh penyakit.

Kelima, proses produksi. Sjarief mangatakan, para penyuluh harus memperkaya masyrakat dengan berbagai ilmu dan teknik dalam masa produksi. “Kita harus tahu mana ikan yang tumbuh kembangnya tidak baik. Kemudian ada panen parsial. Kita proses sortir,” ujarnya mencontohkan.

Keenam, pasca panen. Menurutnya, pengolahan pasca panen harus direncanakan dengan baik. Misalnya, apakah hasil panen akan dijual secara gelondongan atau diproses terlebih dahulu menjadi ikan fillet atau produk olahan. Dengan begitu, produk yang dijual pun memiliki nihai tambah yang lebin tinggi.

Tujuan pemasaran pun harus direncanakan dengan baik agar hasil produksi budidaya terserap. Sjarief menilai, para penyuluh diuntungkan dengan jejaring antar ribuan penyuluh di seluruh Indonesia. Untuk itu, ia mengajak agar jejaring ini digunakan dengan baik untuk mendorong usaha.

“Jejaring ini jangan sekadar dipakai untuk chatting gosip saja. Tidak. Tetapi jadi jejaring usaha. Daerah sana butuh apa, daerah sini butuh apa. Mari kita bangun komunitas yang produktif dan saling mengisi,” papar Sjarief.

Ketujuh, kalkulasi ekonomi. Menurutnya, perhitungan usaha dari hulu sampai hilir harus dilakukan sebelum memulai produksi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa usaha budidaya yang ditawarkan ke masyarakat menguntungkan secara ekonomi.

Sejalan dengan itu, Sjarief menyampaikan pesan agar para penyuluh membuat tambak-tambak binaan sebagai percontohan bagi masyarakat. Ia menyatakan KKP akan mendukung dengan menyalurkan kredit BLU-LPMUKP dengan bunga rendah yakni 3%.

“Coba dikelola menjadi semacam demplot-demplot. Tapi harus jadi. Kalau kita sendiri mengelola tambak rugi, bagaimana caranya kita mengajari orang lain. Ya kan” tuturnya.

Untuk itu, ia mengingatkan agar para penyuluh memilih mitra, dan lokasi budidaya yang bagus agar berhasil.

Menutup sambutannya, Sjarief berharap agar budidaya perikanan ini tak hanya bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan, namun juga menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat di tengah pandemi COVID-19.

“Tugas penyuluh menjadi lebih luas saat ini. Bukan sekadar membuat orang menjadi pintar berbudidaya ikan, kita bertugas menjadi agen-agen pembangunan untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi di tengah masyarakat,” tutupnya.(fik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *