Candu Internet Bisa Sebabkan Kesehatan Mental Terganggu

0

Sorong – Internet pada era sekarang ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Internet bukan saja memberikan manfaat untuk kehidupan, internet juga telah menjadi ruang dimana kita membentuk dan membangun hubungan, membentuk identitas diri, mengekspresikan diri, dan belajar tentang dunia di sekitar kita. 

Penggunaan internet yang sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan ini menyebabkan munculnya rasa kehilangan ketika seseorang tidak mengakses internet dalam sehari. Kebutuhan yang berubah menjadi candu ini ternyata berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Para pengguna internet yang terus-menerus memantau media sosial, situs berita, atau aktivitas lainnya di ruang digital berpotensi mengalami gangguan jiwa. Aktivitas pengguna internet di media sosial juga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan mental. Dengan menggugah foto, status, video, dan melontarkan komentar secara tidak langsung dapat memengaruhi diri kita dimana pengguna cenderung terobsesi dengan perhatian atau pujian orang lain. 

“Belakangan ini isi internet dipenuhi kabar duka. Situs berita juga memuat kisah sedih, mulai dari angka kematian covid yang meningkat, pemutusan hubungan kerja, hingga kejadian-kejadian sedih lainnya. Ini bikin takut dan stres,” kata Putri Masyita, key opinion leader saat berbicara dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Sorong, Papua Barat, Senin (12/7//2021). 

Agar tidak larut dalam gangguan kecemasan atau depresi, Putri menyarankan untuk menyebarkan konten positif di ruang digital. Menurut putri, dengan berbagi energi yang positif ini kita juga bisa memberikan dampak positif juga bagi yang membaca. 

“Berita positif dan negatif sama-sama memberikan informasi. Nah, yang positif ini kan membawa energi yang baik buat kita yang baca. Kita yang baca jadi, bersemangat, kembali optimis untuk sembuh dan bangkit,” tambahnya.

Putri mengatakan, ada banyak konten positif yang bisa diunggah. Misalnya, informasi mengenai resep masakan, tips hidup sehat, atau berbagi cerita tentang aktivitas olahraga di media sosial. “Cari konten kreatif yang menginspirasi. Itu akan membantu meningkatkan imun juga, dengan pikiran yang sehat membuat badan juga sehat,” lanjutnya. 

Webinar Literasi Digital wilayah Sorong, Papua Barat, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Webinar kali ini juga mengundang nara sumber seperti Chris Jatender (Kaprodi Teknik Informatika STTI-STIENI), Rahmat Takbir (Fotografer), Rith Analin Osok (Pendiri Yayasan Keik Tsinagi).

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital, untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *