Promosi Doktor Unud, Karnata Teliti Limbah Kentang dan Rumen Sapi
Denpasar – Limbah dari budidaya kentang dan rumen sapi selama ini dipandang sebagai bahan buangan yang dapat menimbulkan masalah atau musibah. Bagi mahasiswa Program Studi Doktor (S3) Ilmu Pertanian, Universitas Udayana I Nengah Karnata, limbah tersebut jika diolah akan menjadi berkah.
Karnata berhasil mengolah limbah kentang yang dikombinasikan dengan rumen sapi menjadi kompos yang bermanfaat dalam memperbaiki karakteristik tanah dan hasil produksi kentang.
“Limbah dari budidaya kentang dapat diolah menjadi kompos dan pengomposan dapat dipercepat dengan penambahan rumen sapi. Kompos yang dihasilkan juga mengandung C-organik, unsur N-total, P-tersedia dan K-total tinggi” kata Promovendus I Nengah Karnata saat mempertahankan hasil disertasinya ujian terbuka promosi doktor secara online yang diselenggarakan oleh Prodi Doktor Ilmu Pertanian, Unud pada Selasa (5/5).
Menurut pria kelahiran Denpasar, 11 September 1966 tersebut, limbah yang merupakan residu dari hasil budidaya kentang menjadi penting dikomposkan karena mengandung unsur hara atau senyawa yang tinggi. Tingginya unsur hara pada residu kentang kemungkinan disebabkan oleh tingginya daya serap unsur hara saat pertumbuhannya tanaman di lapangan.
Volume residu kentang juga cukup melimpah, terutama saat musim panen. Residu tanaman kentang merupakan bagian tanaman yang biasanya diabaikan setelah umbi-nya di panen. Bagian-bagian tersebut meliputi daun dan batang, akar serta umbi sisa (tidak bernilai ekonomi).
“Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di lokasi penelitian di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, potensi total residu kentang adalah 24,35 ton per hektar atau lebih tinggi 17,92% dibandingkan hasil ekonomis yaitu 20,65 ton per hektar” ungkap pria yang kini menjabat sebagai Wakil Rektor I Universitas Tabanan.
Sedangkan limbah isi rumen sapi dikenal sebagai satu sumber aktivator kompos potensial dalam menghasilkan kompos dari daun-daun Leucaenaleucocephala.
Berdasarkan analisis laboratorium, limbah isi rumen sapi mengandung protein 9,87 %, lemak 2,28 %, karbohidrat 54,67 %, kadar abu 13,14 % dan kadar air 22,32 %. Rumen sapi juga mengandung bakteri, protozoa, dan jamur berada bersama-sama, dimana bakteri berperanan lebih besar (lebih dari setengahnya) dalam aktivitas pencernaan rumen.
“Kombinasi nutrisi baik dalam residu tanaman kentang dan dalam limbah isi rumen sapi berkontribusi terhadap nutrisi dari kompos yang dihasilkan” jelas Karnata.
Pria yang merupakan dosen PNS LLDIKTI wilayah VIII ini menyampaikan bahwa kompos dari bahan dasar campuran residu kentang dan tanah dengan penambahan isi rumen sapi dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang ayam yang biasa digunakan petani. Aplikasi kompos campuran residu kentang dan tanah dengan penambahan isi rumen sapi juga mampu mengurangi 25% penggunaan pupuk NPK terhadap karakteristik tanah dan hasil kentang.
“Kombinasi pemupukan 25% kompos dan 75% NPK dapat disarankan umtuk digunakan guna memperbaiki kesuburan tanah dan hasil kentang di desa Candikuning dan sekitarnya” papar Karnata.
Prof. Ir. I Gusti Ayu Mas Sri Agung, M.Rur. Sc.Ph.D selaku promotor dari promovendus mengungkapkan bahwa selama ini residu atau limbah kentang banyak yang terbuang karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan petani yang tidak memadai dalam melakukan pengelolaan.
Residu kentang apabila dimanfaatkan secara optimal akan sangat berguna bagi petani dalam mengurangi pengunaan pupuk anorganik dan pencemaran lingkungan.
“Jadi sebagaimana yang diharapkan dalam penelitian doktor, bahwa penelitian tersebut seyogyanya menghasilkan temuan yang bermakna, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan juga bermanfaat bagi petani” jekas Mas Sri Agung.
Mas Sri Agung menambahkan kedepan perlu penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih meyakinkan. Penelitian lanjutan juga menjadi penting untuk menjawab pertanyaan yang ada dimasyarakat terutama dalam produksi kentang.(fik)