Atasi Sampah, Badung Luncurkan Program Inovasi Batik

0

BADUNG– Setelah sukses meluncurkan program Gotik (Gojek sampah plastik), Pemkab Badung melalui melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) meluncurkan program inovasi bernama Batik (Badung Anti Kantong Plastik).

Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa mengatakan program inovasi Batik yang diluncurkan sejatinya berbasiskan kearifan lokal masyarakat Bali.

“Program ini diharapkan bisa menangani persoalan pengelolaan sampah plastik dengan benar sebab cukup berbahaya bagi lingkungan,” ujar Suiasa saat peluncuran program Inovasi Batik di Wantilan Sabha Budaya Desa Adat Sempidi, Kecamatan Mengwi. Minggu 27 Mei 2018.

Peresmian dilakukan Suiasa disaksikan sejumlah kalangan termasuk pejabat teras Kabupaten Badung, Ketua PHDI Badung, Ketua Majelis Madya Desa Pekraman Badung, Camat Mengwi, Lurah Sempidi, 13 Krama Banjar Adat, PKK, LPD, Kepala Sekolah, Kepala Pasar Adat, Kepala STT, Kepala Puskesmas, dan kurang lebih 1500 orang krama dari Desa Adat Sempidi dan Kwanji.

Untuk tahap awal, dua desa adat yakni Desa Adat Sempidi dan Kwanji dijadikan sebagai proyek percontohan. Ke depan, program Inovasi terkait pegelolaan sampah tersebut diharapkan bisa diterapkan di seluruh Desa Adat di Badung.

Dia menegaskan, program inovasi Batik sesungguhnya merupakan program berbasis kearifan lokal dengan memberi ruang dan kewenangan penuh kepada desa adat untuk mengatur penggunaan kantong plastik.

Harapannya dengan pengelolaan yang benar, sampah plastik tidak membahayakan lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

“Semoga inovasi Batik ini bisa bermanfaat nyata untuk mengurangi penggunaan kantong plastik,” kata mantan Wakil Ketua DPRD Badung itu didampingi Ketua DPRD Badung I Putu Parwata dan Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan.

Kepala Dinas LHK Badung I Putu Eka Merthawan menambahkan dipilihnya Desa Adat Sempidi dan Kwanji sebagai percontohan inovasi Batik bukan tanpa alasan.

Menurut Mantan Kabag Humas Setda Badung, secara geografis Sempidi dan Kwandji paling dekat dengan ibu Kota Badung yakni Mangupura dan Puspem Badung.

Semangat kegotongroyongan dua desa adat tersebut sangat tinggi dalam merealisasikan visi dan misi Bupati Badung melalui konsep Tri Hita Karana yakni hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan lingkungan.

“Dipilih kedua desa adat ini juga dikarenakan semangatnya dalam realisasi visi dan misi Bupati Badung dalam pelaksanaan konsep Tri Hita Karana,” imbuhnya. (ful)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *