Cermati Jejak Digital Pasif dan Aktif
Ngada – Salah satu yang harus kita jaga sungguh-sungguh dalam berliterasi digital adalah jejak digital yang akan ada terus di masa mendatang. Selain itu jejak digital yang buruk dapat merugikan penggunanya di masa mendatang.
Menurut Sofia Sari Dewi, desainer dan pegiat literasi, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Jumat 23 Juli 2021, jejak digital dapat mempengaruhi reputasi professional.
“Saat seseorang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan makan HRD perusahaan tersebut bisa mempertimbangkan pelamar kerja dari jejak digital dan bisa menimbulkan pencemaran nama baik,” ujar Sofia dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.
Selain itu, lanjut Sofia, jejak digital juga bisa berakibat digital exposure, seseorang yang tidak dikenal bisa mengakses data pribadi kita. Jejak digital juga bisa mengakibatkan ancaman pencurian perbankan ataupun Phising.
Ia juga mengatakan bahwa jejak digital atau digital footprint adalah jejak data yang muncul ketika seseorang menggunakan internet di perangkat komputer atau laptop, smartphone atau yang lainnya.
Jejak digital sendiri bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, pasif dan aktif. Jejak digital pasif adalah jejak yang tanpa sadar ditinggalkan oleh pengguna internet. Contohnya adalah alamat IP, riwayat pencarian dan lokasi browsing.
Sedangkan jejak digital yang aktif adalah segala sesuatu yang dishare dengan sengaja contohnya e-mail, unggahan di blog dan status sosial media. Terkait erat dengan jejak digital adalah identitas digital yaitu cara elektronik untuk mengindentifikasi seseorang. Termasuk adalah who you are, what you know, what you have, dan what you share.
Karena urusan jejak digital ini sangat penting, maka harus diupayakan untuk membuat jejak digital yang baik. Beberapa langkahnya adalah dengan melakukan ‘THINK’.
THINK maksudnya adalah True, sesuai fakta atau justru hoax? Helpful, apakah yang kita unggah itu bermanfaat bagi orang lain atau tidak? Information yang artinya adalah harus bisa dipertanggung jawabkan. Needed : diperlukan atau tidak? Dan Kind, unggakan konten dan komentar kita adalah sudah bijak dan sopan atau tidak.
Untuk mengatur jejak digital bisa dilakukan dengan menghindari penyebaran data-data penting,seperti alamat rumah, rekening ATM,atau nomor HP di internet. Selain itu buatlah password yang kuat untuk tiap akun media sosial masing-masing.
“Jangan unggah sesuatu yang sifatnya terlalu personal dan gunakan layanan pelindung data pada device kesayanganmu. Bisa juga dengan mencari namamu sendiri di Google dan hapus semua informasi sensitif yang kamu temukan,” sarannya.
Jika jejak digital yang kita sadari tak pantas dan sudah terlanjur terunggah ke ruang digital maka kita bisa juga meminimalisir dampaknya dengan melakukan sejumlah langkah. Seperti bila berupa unggahan foto, video, dan status di media sosial, kita bisa menghapusnya secara mandiri.
Bila ingin menghapus akun secara keseluruhan di media sosial kita bisa mengikuti aturan dan cara masing-masing yang telah ditentukan. Kita juga bisa langsung menghubungi layanan customer service. “Think once before you act. Twice before you speak and three times before you post on Facebook,” tandasnya.
Jika ada jejak digital yang buruk yang bisa mempengaruhi masa depan, tapi jejak digital baik akan sebaliknya bisa berguna bagi banyak orang. Dan jejak digital yang baik berawal dari unggahan yang positif juga.
Menurut Agustinus Naru, Kepala Bidang Usaha Ekonomi Desa dan Kelurahan Ngada, mengatakan ruang digital sangat bermanfaat untuk memperkenalkan produk lokal ke pasar internasional khususnya lewat e-commerce.
“Perdagangan elektronik menjadi pilihan tepat di masa pandemi covid 19. E-commerce adalah proses jual beli dan memassarkan barang serta jasa melalui sistem elektronik, seperti radio, televisi,” ujar Agustinus.
Menurut Agustinus, ada beberapa jenis e-commerce, di antaranya adalah business to business dan business to consumer. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ada banyak potensi daerah yang bisa terangkat jika memanfaatkan ruang digital untuk promosi maupun penjualan. Potensi itu diantaranya adalah sumber daya alami, kawasan pertanian, perkebunan, peternakan perikanan.
“Contoh produk unggulan lokal di sejumlah daerah khususnya di Ngada adalah ahe, kopi, vanili, porang, cengkeh, kemiri, dan lain-lain,” ujarnya.
Selain Sofia dan Agustinus, pembicara lain dalam webinar ini adalah Rendy Doroii, Digital Communication Consultant dan Tisa Caca sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.