Demi Eksis, Banyak Pengguna Medsos Melupakan Etika
Tabanan – Etika saat berinternet perlu kita pahami sebagai acuan berinternet yang bijak. Dilansir dari laporan terbaru Digital Civility Index (DCI), Indonesia sebagai penyumbang terbesar pengguna tidak beretika sejumlah 68%.
Indonesia menduduki urutan ke-76, semakin tinggi angkanya, berarti tingkat kesopanan semakin buruk. Ini perlu diperhatikan lagi, dengan adanya kemudahan bukan berarti kita bisa semena-mena menggunakan internet.
“Sesungguhnya ketika kita klasifikasi lagi itu penyumbang terbesar dari kalangan dewasa. Anak-anak muda sendiri sudah mengenal kode etik di dunia digital, nah sedangkan orang-orang dewasa cenderung hanya sekedar menggunakan,” ucap I Wayan Titra Gunawijaya, saat menjadi pembicara dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis (1/7/2021).
Misalnya, para orangtua ini bergaul di lingkungan yang hanya ingin eksis, sehingga berlomba-lomba memiliki akun medsos sebanyak mungkin agar terlihat eksis di lingkungannya. Sebetulnya, itu bukan hal yang bagus, karena memamerkan apa saja kegiatan yang tidak perlu dibagikan.
Dari postingan-postingan seperti itulah akan muncul yang namanya ujaran kebencian atau diskriminasi. Karena tidak bisa dipungkiri, di media sosial tidak semua orang akan menganggap apa yang kita lakukan adalah benar.
Setiap orang memiliki pola pikirnya masing-masing, dan ketika postingan itu tidak sejalan dengan pikirannya. Nah, disitulah muncul buah-buah hate speech atau ujaran kebencian.
“Secara umum, etika itu menjadi sebuah faedah atau tatanan bagi kita menjalani proses kehidupan, baik di dunia maya atau dunia nyata,” tambahnya.
Secara umum, apa itu etika? Etika merupakan norma aturan yang dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku sifat baik dan buruk. Perilaku manusia timbul dari perbuatannya sendiri. Dengan kata lain, kewajiban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam berperilaku di masyarakat.
“Sesungguhnya, di dunia maya itu melakukan sebuah interaksi dan tidak menutup kemungkinan dalam dunia maya kita dituntut saling menghormati dan menghargai. Kenapa? Karena ruang lingkup di dunia maya justru lebih besar daripada dunia nyata itu sendiri,” tutupnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis (1 Juli 2021) ini juga menghadirkan pembicara Fadly Arihsan (Senior Security Engineer MAXPLUS), Rendy Doroii (Digital Communication Consultant), I Wayan Titra Gunawijaya (Dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja), I Putu Heri Dianandika (Ketua Aliansi Pemuda Hindu Bali Kabupaten Tabanan), dan Nata Gein.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.