Perlu Adanya Respon atau Reward Kepada Postingan Bermuatan Positif
Jakarta – Media sosial saat ini semakin banyak digandrungi masyarakat. Tidak hanya para milenial, namun orang dengan usia di atas 40 tahun pun kini mulai memiliki akun media sosial. Di Ambon, Maluku, sendiri, media sosial yang banyak digandrungi adalah Facebook, Instagram, Kompasiana, dan Youtube.
Hal itu seperti yang dikatakan oleh Arman Kalean, M.Pd selaku Akademisi dari IAIN Ambon, Maluku pada Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Ambon, Maluku, Jumat (11/6/2021) yakni, bagaimana media sosial sebagai sarana meningkatkan demokrasi dan toleransi.
Arman mengatakan, bahwa di Ambon sendiri masyarakat sudah mulai melek digital. Mayoritas warganya menggunakan Facebook, meski sangat disayangkan akun fanpage pemerintahan kota setempat hanya diikuti oleh lima ribu pengikut saja.
“Itupun kalau fanpage tersebut dibuka, postingan terakhir ada di tahun 2020 lalu. Jadi meskipun disini warganya sudah memiliki akun media sosial, namun penggunaannya belum maksimal,” kata dia.
Menurutnya, pemerintah setempat kurang memaksimalkan anak muda yang ada di Ambon untuk berpartisipasi mengelola laman media sosial mereka. “Anak muda disini banyak, mereka bisa dimaksimalkan untuk mengelola akun-akun media sosial pemerintahan agar penggunaannya maksimal.”
Dijelaskan pula oleh Arman, awalnya masyarakat disana tertarik dengan akun media sosial yang berisikan opini atas sebuah kejadian seperti blogger dan kompasiana. Namun keduanya telah ditinggalkan dan masyarakat mulai beralih ke media sosial lainnya.
Dijelaskan oleh Arman, bahwa media sosial ramai ketika ada ruang kontesasi seperti Pemilihan Kepala Daerah (pilkada). Disitulah banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari tahu informasi dan ikut berpartisipasi di dalam media sosial.
Hal yang menjadi pemikiran Arman adalah ketika media sosial mempermudah segalanya, termasuk mencari informasi tekhnik menguasai suatu hal. Dalam artian hal-hal yang dahulu hanya dapat dipelajari melalui media buku, namun kini kehadiran teknologi cukup pesat membuat orang-orang meninggalkan media konvensional dan beralih ke internet.
“Apakah nanti ketika informasi tidak lagi dibutuhkan di bangku sekolah. Karena kemudahan belajar dari media sosial seperti Youtube dan sebagainya. Membuat orang berfikir, tidak perlu lagi belajar di sekolah karena bisa mencari informasi sendiri,” kata dia.
Untuk itu menurut Arman, hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya gerakan partisipatoris berkelanjutan menyasar sekolah. Kemudian perlu adanya respon atau reward di media sosial kepada postingan yang bermuatan positif terkait literasi digital.
“Informasi digital itu harus memiliki tiga D. Disimak isi dari kontennya, Dicari faktaknya, dan Diteruskan dengan baik atau klarifikasi yang sesungguhnya. Tidak dapat dipungkiri masih banyak orang-orang meneruskan berita tidak benar di media sosial,” papar Arman.
Hal senada juga disampaikan oleh Key Opinion Leader yang juga seorang Talent Director, Sondang Pratama. Sondang selalu menekankan kepada pengguna media sosial untuk terus bijaksana dalam memilah konten apa yang akan dinikmati atau dibagikan.
“Akhir-akhir ini marak berita yang memprovokasi sehingga membuat orang pun tidak berpikir panjang. Seharusnya, setiap berita yang kita terima janganlah ditelan bulat-bulat. Cari tahu kebenarannya terlebih dahulu,” saran Sondang.
Dia juga menyarankan agar pengguna media sosial harusnya membagikan berita yang positif. Ketika mendapatkan berita negatif alangkah baiknya tidak perlu dibagikan lagi. “Juga, segala hal yang tidak kita pahami, jangan ikutan nyemplung disitu. Lebih baik cari sesuatu yang memang kita kuasai saja,” tutupnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kota Ambon, Maluku Jumat (11/6/2021) juga menghadirkan pembicara lain yakni Chris Jatender, ST. MMSI (Kaprodi Tehnik Informatika STTi STIENI), Grace M Moulina (Head of Marketing Communications & Events Dept Finance Company), dan M Sahril Salamena (Local Champions Literasi Digital Indonesia/RTIK Maluku).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.