Media Sosial untuk Meningkatkan Toleransi
Keerom Papua – Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penggunaan internet dan media sosial di Indonesia. peningkatan tersebut menggambarkan bahwa media sosial merupakan sesuatu yang menarik bagi masyarakat.
“Media sosial bisa memberikan dampak positif dan negatif tergantung dengan siapa yang memainkannya,” tutur Jackson Yumame seorang Dosen sekaligus Asisten Ahli Universitas Cendrawasih, saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (24/8/2021).
Media sosial juga mampu memberikan perubahan terhadap konsep berpikir dan perilaku. Ia menyatakan, ini penting sekali, ketika konsep berpikirnya berdampak positif maka akan menghasilan pemikiran positif juga. Lebih luas lagi, media sosial bisa berdampak pada kehidupan toleransi masyarakat.
Media sosial ini memiliki karakteristik, yaitu bersifat transparan, adanya jejaring relasi, multiopini, serta membangun dialog dan komunikasi. Pengguna media sosial dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, bahkan menciptakan forum tanpa terbatas ruang dan waktu.
Toleransi di media sosial memberikan gambaran untuk menghargai satu sama lain dengan latar belakang yang berbeda-beda. Menurut Jackson, ketika saling menghargai, maka toleransi itu akan menjadi suatu kekuatan dalam membangun kebangsaan.
“Toleransi juga berarti menghargai, membolehkan, dan membiarkan seseorang memberikan pendapat dan pandangan yang tidak bertentangan dengan SARA,” jelas Asisten Ahli Universitas Cendrawasih ini.
Ia memaparkan, ada beberapa jenis toleransi, yaitu toleransi beragama, berpolitik, dan berbudanya. Ketiganya penting untuk membangun kebangsaan kita.
Menurutnya, media sosial di era revolusi industri 4.0 menjadikan masyarakat memiliki informasi yang tidak terbatas. Dalam konteks toleransi, terdapat pendekatan yang membuat komunitas virtual di internet. Kemudian, adanya ruang bagi masyarakat yang ingin menyampaikan pesan-pesan tentang toleransi. Terbangunnya dialog-dialog kebangsaan melalui media sosial.
Akan tetapi, dalam membangun toleransi di media sosial, tantangan yang harus dihadapi ialah hal-hal yang berbau agama dan politik sering menjadi pemicu perdebatan di media sosial. Selain itu, rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia dalam membaca sebuah informasi sehingga hoaks mudah tersebar.
Oleh karena itu, penting untuk kita menjaga toleransi beragama, berpolitik, dan berbudaya di masyarakat. Manfaat dari toleransi ini bisa mengeratkan tali persaudaraan dan meningkatkan rasa nasionalisme kita.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Keerom, Papua , Selasa (24/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Adinda Atika (VP Business Development Fintech P2P Lending), Nur Rahmah Yenita (Ketua Prodi Teknik Elektro Sekolah Tinggi), dan Masra Suyuti (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.