Pentingnya Literasi Digital bagi Guru Generasi Alfa
Nabire Papua – Guru generasi alfa ini merupakan tenaga pendidik yang mengajar peserta didik generasi alfa dan di era revolusi industri 4.0. Menjadi guru generasi alfa merupakan tantangan besar terlebih bagi guru yang lahir di era sebelum milenial.
“Dari masa ke masa kita mengenal generasi baby boomers, generasi X, generasi Y atau milenial, generasi Z, dan generasi Alfa,” ungkap Nur Rahma Yunita, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro, saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital di wilayah Kabupaten Nabire, Papua, Senin (6/9/2021).
Dari generasi-generasi tersebut yang melek akan teknologi secara mumpuni yaitu generasi Y atau milenial, generasi Z, dan generasi alfa. Generasi Alfa ini sebagai generasi yang lahir di tahun 2010-2025, adalah generasi yang memperoleh pendidikan yang lebih luas, lebih banyak, lebih tidak terbatas, dan merupakan generasi terdidik. Generasi Alfa ini telah mengenal teknologi sejak dini bahkan sejak dalam kandungan.
Rahma mengatakan, tantangan bagi para guru ialah untuk mendidik generasi Alfa agar sesuai koridor karena teknologi digital yang berkembang pesat di masa ini bisa berdampak positif dan negatif. Rama menyampaikan, guru generasi Alfa harus memahami karakteristik peserta didik agar bisa menyusun strategi pembelajaran yang menarik, asyik, dan bisa diterima oleh generasi digital ini.
Karakteristik dari generasi Alfa antara lain, percaya akan informasi dari media sosial atau media interaktif, lebih menyukai smartphone dibandingkan televisi, pintad bermedia sosial dan berkomunikasi via media sosial dengan teman sebayanya, serta tidak suka membaca buku karena lebih suka membaca melalui smartphone.
“Di masa pandemi semua pihak dipaksa untuk belajar jarak jauh dan menggunakan media digital, maka otomatis guru harus beradaptasi dengan teknologi tersebut,” jelasnya.
Agar materi yang ingin disampaikan sesuai dengan target yang ingin dicapai, guru harus cepat mempelajari fitur-fitur teknologi. Banyak aplikasi yang bisa mendukung pembelajaran jarak jauh, seperti Google Meet, Zoom, e-learning, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan literasi digital dari generasi Alfa yang familiar dengan teknologi digital, guru di era pandemi setidaknya harus memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dari peserta didiknya. Dengan ini guru harus belajar lebih ekstra untuk membimbing peserta didik generasi Alfa.
Literasi digital yang harus dikuasai oleh guru bagi generasi Alfa, yaitu kemampuan mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, dan mengecaluasi informasi di dunia digital. Hal ini bertujuan agar guru bisa membimbing peserta didik dalam menyaring informasi positif di era digital. Kemudian, kemampuan lainnya yakni memproduksi informasi dan mendistribusikannya di dunia digital.
Ketika guru sudah memiliki tingkat literasi digital di atas generasi Alfa, guru bisa dengan mudah membawa teknologi digital ke dalam sebuah kelas. Ruang kelas di sini bisa berupa offline atau online. Bahkan, dengan kemampuan literasi digital yang mumpuni guru bisa mengaplikasikan pembelajaran secara hybrid. Ia mengatakan, harapan guru yang memiliki kemampuan literasi digital dapat melahirkan generasi Alfa yang cakap teknologi digital berlandaskan etika dan budaya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Nabire, Papua, Senin (6/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Yulia Dian (Social Media Specialist), Petrus Pit Supardi (Koordinator Program LANDASAN Nabire), dan Nata Gein (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.