Pentingnya Pemanfaatan Teknologi Digital di Pondok Pesantren
Lombok Timur – Dunia internet terus berkembang dari tahun ke tahun. Untuk itulah diperlukan SDM yang mampu menerapkan teknologi dengan baik, benar juga bijak. Karena disamping banyak manfaat yang didapat oleh manusia dari perkembangan teknologi digital tetapi banyak juga sisi negatif yang bisa merugikan juga merusak interaksi sosial kita.
Seperti yang dikatakan oleh Ahmad Patoni, SS, M.Pd, Mudir PPSM Takmili Thohir Yasin Kabupaten Lombok Timur dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Senin 16 Agustus 2021 bahwa penetrasi media sosial sudah merambah ke segala kalangan.
“Karena perkembangan teknologi internet yang semakin maju makan dibutuhkan manusia yang mampu beradaptasi yang mampu responsif terhadap kemajuan teknologi. Jika mau membentuk masyarakat yang cakap digital memang harus responsif dengan kemajuan teknologi,” ujar Ahmad Patoni dalam webinar yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi.
Ahmad Patoni juga mengatakan bahwa sekelompok orang baru bisa dikatakan sebagai masyarakat cakap jika mampu hidup berkumpul dan melaksanakan aktivitas dan menjadi penggerak serta berkontribusi di dalamnya.
“Sementara masyarakat cakap digital adalah kelompok manusia yang mamu mengoperasikan teknologi dan tak hanya menjadi objek dari teknologi tetapi menjadi subyek. Menjadi subyek artinya memiliki perubahan pola pikir. Jika kita sebagai obyek saja kita hanya menerima dan gampang men-share sesuatu tanpa mengerti dan tidak ada inovasi baru,” imbuhnya.
Untuk itulah tugas semua pihak untuk menjadikan masyarakat cakap digital. Ia mencontohkan di pondok pesantren (ponpes) tempatnya mengajar, para guru juga terus mengupayakan bisa beradaptasi dengan dunia digital. “Di Ponpes kami sudah memanfaatkan aplikasi di internet untuk membuat fitur yang mempertemukan kebutuhan orangtua mengetahui kondisi anak dengan keterbatasan SDM dan perlengkapan berkomunikasi yang dimiliki guru-guru.
Diakuinya juga bahwa masih banyak orang mengira Ponpes itu terbelakang secara teknologi dan tidak responsif terhadap teknologi. Padahal tidak semuanya, banyak juga yang sudah mampu beradaptasi. Sesungguhnya di Ponpes perubahan literasi digital penting. Memang santri tidak boleh memegang HP tapi sebagian besar praktek teknologinya bisa dan saat santri keluar pondok maka sudah menjadi subjek dan cakap digital.
Selain itu di Ponpes juga sudah diterapkan penggunaan uang digital untuk meminimalisir kehilangan dan mempermudah beragam transaksi yang dibutuhkan. “Ponpes ini dibimbing untuk cakap digital. Kita beradaptasi dan mengadopsi teknologi yang bisa menopang kehidupan misalnya penggunaan uang digital atau uang elektronik di Ponpes.”
Selain itu mekanisme absensi di Ponpes juga sudah menggunakan platform digital yang memiliki kekuatan keseharian disimpan dalam data base yang bisa diakses online maupun offline. “Dengan sekitar 1.500 santri dan 40 HP di pengelola makan diperlukan platform digital yang sangat membantu efektivitasnya. Dan digitalisasi adalah solusi terbaik untuk hari ini,” tandas Ahmad.
Selain Ahmad Patoni juga hadir sejumlah pembicara yang berbagi wawasan juga tentang literasi digital yaitu Deddy Triawan, CTO, MEC Indonesia, Ody Waji, CEO Waji Travest, dan Wicha Riska sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.