Saring Budaya Online di Era Digital
Denpasar – Pada era ini teknologi sudah dalam genggaman. Semua sisi kehidupan kita bergantung dengan internet atau teknologi digital. Apapun kegiatan dan pekerjaan yang kita lakukan tidak lepas dari internet. Di dalam dunia digital sendiri, Nur Rahma Yenita, Ketua Program Studi Teknik Elektro STTI mengatakan terdapat 3 hal besar, yaitu lahirnya komputer, lahirnya internet, dan jejaring sosial.
Adanya media sosial saat ini menghadirkan budaya baru, yaitu budaya di mana kita bisa mengenal satu sama lain tanpa harus bertemu. Saat ini juga, di masa pandemi kita bersosialisasi secara online. Sementara itu, interaksi offline menjadi sangat terbatas. Sosialisasi secara online membuat kita bisa bertukar kabar kepada keluarga yang jauh.
“Harus digarisbawahi bahwa kita saling sapa di media sosial harus menggunakan etika. Itu budaya yang tidak boleh dihilangkan. Ketika menyapa, berkomentar di media sosial harus tetap menjaga budaya kita yang sopan, ramah, dan tidak saling bully,” kata Nur Rahma saat jadi pembicara Webinar Literasi Digital wilayah Kota Denpasar, Senin 16 Agustus 2021.
Nur Rahma juga menyampaikan, selain budaya interaksi online juga terdapat budaya dalam berbelanja online. Budaya ini memudahkan kita dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang yang biasanya ke pasar saat ini hanya perlu menunggu bahan makanannya datang ke rumah karena sudah berbelanja online.
Kemudian, budaya belajar e-learning. Tanpa pandemi, budaya ini mungkin diterapkan dalam waktu yang lama di Indonesia. Akan tetapi, dengan adanya pandemi terdapat percepatan dalam budaya belajar secara online.
“Dalam budaya e-learning, tantangannya berada pada peran orang tua sebagai pendamping dan pengajar anak saat sekolah online. Orang tua jadi harus beradaptasi juga demi mengajarkan anak,”
Budaya serba online dan digital ini menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda di Indonesia. Dengan adanya budaya baru ini, akses informasi, budaya, dan sebagainya dari belahan dunia mana pun sangat mudah didapatkan. Nur Rahma menyampaikan agar generasi muda tidak mudah untuk terpengaruh, apalagi melupakan budaya aslinya.
Ia mengatakan, generasi muda harus bisa menyaring budaya-budaya yang masuk, jangan sampai menerima budaya negatif masuk ke dalam budaya kita yang nantinya akan membawa pengaruh negatif juga, bahkan menghilangkan budaya asli kita. Budaya turun temurun kita, seperti sopan santun dan keramahan itulah yang seharusnya juga kita bawa di era serba digital ini, misalnya diterapkan saat kita bermain media sosial.
Ketika kita berada di era ini, harus mampu beradaptasi agar tidak tergerus zaman tanpa meninggalkan atau melupakan budaya yang telah ada.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Denpasar, Bali, Senin (16/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Alek Iskandar (Managing Director IMFocus Digital Consultant), I Putu Agus Raditya Pramita (Ka. Kom RPL SMK TI Bali Global Jimbaran), dan Nard Geisha.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.