Semua Agama Ajarkan untuk Berbuat Baik Termasuk di Medsos
Lombok Tengah – Prinsip berinteraksi sosial di internet yang paling mendasar adalah bersikap baik meski kita tak melihat secara langsung lawan bicara kita atau pun audience kita di internet. Sebab layaknya dunia nyata, dunia maya pun perlu etika yang selalu harus diterapkan.
Sikap baik ini menurut TGH. Muhammad Amin, M.Pd, Pembina Pondok Pesantren Hukumaini Jonggat Bonjeruk dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin 16 Agustus 2021, kebaikan adalah sebuah nilai universal yang ada di segala kepercayaan agama apapun.
“Dalam agama Islam, berbuat kebaikan merupakan ajaran utama dan akan mendapatkan pahala. Sebagai seorang yang baragama, semua agama memiliki kesamaan berbuat baik,” ujar Tuan Guru dalam webinar yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi.
Selain itu kata Tuan Guru, bangsa indonesia adalah bangsa berbudaya yang punya etika tinggi dalam bersosial atau bergaul. Sebagai seorang yang baragam semua agama memiliki kesamaan ajaran untuk berbuat baik. Ada empat potensi manusia yaitu karakter, akhlak, moral, dan watak yang membentuk prilaku.
Ada potensi akal yang dititipkan Tuhan pada kita dan akan berguna kalau potensi potensi yang baik dimanfaatkan dan berjalan dengan aturan aturan. Akal kita berperan secara maksimal. Dari prilaku ini akan lahir satu karya. Karya yang baik sangat dipengaruhi dari input yang tidak disalahgunakan dan yang lahir dari pribadi yang baik.
“Coba bayangkan apakah kita senang jika karya kita dihargai oleh orang lain. Pertanyaan ini tanyakan ke diri kita. Sejauh mana karya kita mau dihargai orang lain sejauh itu juga kita mau menghargai karya orang lain. Menghargai karya orang nilai kebersamaan menjadi hal yang sangat prinsip dan menjadi hal yang patut digarisbawahi di dalam kondiai era digital ini,” tuturnya.
Tapi sayangnya, lanjut Tuan Guru, dengan kebebasan menggunakan media sosial (medsos) bahasanya kadang kebablasan saat menyampaikan konten sehingga banyak menimbulkan ketidaknyamanan dalam masyarakat. Oleh sebab itu harga menghargai dalam konteks bermedsos sangat dibutuhkan.
Sebab, dengan saling menghargai, hubungan silaturahmi sosial kita semakin baik tanpa dibatasi oleh ruang tertentu termasuk ruang politik, agama dan budaya.
“Negara kita dibangun atas azas kebhinekaan dengan satu tujuan bagaimana mensejahterakan rakyatnya tanpa melepaskan nilai agama masing-masing yang kita yakini.”
Untuk itulah mengapa penting menghargai keberagaman agar senatiasa mendorong untuk meningkatkan manfaat yang kita ambil dari karya orang lain. Kita juga harus selalu berupaya untuk menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama dan pemahaman ini sesuai dengan ajaran pancasila.
Yang juga perlu kita pelajari terus dalam hal menghargai keberagaman dan hasil karya orang lain adalah bersikap bijak saat karya orang tidak sesuai dengan kesukaan atau keinginan pribadi kita. “Saat karya orang lain tak sesuai dengan kita maka kita perlua juga untuk memberi masukan konstruktif dengan tak menghujat, menghina,” sarannya.
Dikatakannya juga bahwa hal ini kadang bisa membuat terjadinya gap terhadap anak bangsa. Banyak isu SARA semakin meningkat karena kita semua tidak berupaya melihat suatu karya orang dari banyak sisi. Jika kita bijak melihatnya maka tidak akan menimbulkan konflik.
Masih terkait karya orang lain yang tidak cocok dengan kesukaan kita, jika perlu mengingatkan maka koreksi dengan bahasa yang baik. Karena ada etika dalam mengingatkan orang lain dengan menunjukka sikap yang baik agar orang tak tersinggung. “Terapkan etika saat mengingatkan, jika bisa jangan di grup publik, lakukan dengan pesan khusus atau japri,” katanya.
Selain Muhammad Amin, juga hadir pembicara lain berbagi wawasan literasi digital yaitu Sofia Sari Dewi, Digital Content Creator, Yulia Dian Chandra, Content Creator dan Dhan Geisha sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.