Segera di Galeri Art Xchange Sanur, Pameran Karya Lukis Budi Asih
Kabardenpasar – Perupa perempuan potensial asal Yogyakarta, Budi Asih akan menggelar karya lukisnya di Galeri Art Xchange Sanur Denpasar Bali dalam rangka pameran tunggal sebulan penuh mulai 25 November -25 Desember 2022.
Owner Galeri Art Xchange Benny Oentoro, mengatakan, sebelumnya Budi Asih juga sudah berpameran di sejumlah negara dan mendapat respon cukup antusias para kolektor lukisan, “Pada rebutan membeli bahkan orang Korea yang dikenal sulit membeli karya diluar negaranya juga ikut,” kata Benny, Sabtu (19/11) di Sanur.
Soal harga Benny tidak bisa mengatakan secara terbuka namun untuk yang dipamerkan di galerinya nanti ada karya Budi Asih yang seharga Rp.120 juta.
Lukisan Asih mengusung energi kreatif yang menenagai ekspresi bebas yang biasa terlihat pada gambar buatan anak-anak. Ungkapan visualnya segar, spontan, ringan, dan imajinatif, tetapi juga menghadirkan keajaiban desain yang rinci, bahkan sering kali canggih dan rumit.
Karyanya memancarkan kehendak untuk berekspresi dengan jujur seperti anak-anak. Warna-warni lukisannya cerah dan meriah. Suasana dalam karya Asih selalu terasa riuh, ringan, dan riang, meruapkan atmosfir pesta.
Karya Asih terlihat diresapi gaya seni rupa yang disebut art brut. Seniman besar Prancis, Jean Dubuffet, menyebut bahwa art brut mencakup gambar ciptaan anak-anak. Seperti Dubuffet, Asih menciptakan seni dengan aspirasi mendalam terhadap hal-ihwal yang banal dalam kehidupan sehari-hari. Seni Asih mengolah kebanalan eksistensi manusia dan dunia.
Sebagaimana Dubuffet, Asih menyelami kebanalan realitas untuk mencari puisinya yang tersembunyi dan menggelar perayaan yang kaya dan sublim dalam lukisan. Namun, sikap estetis Asih tampak berbeda dengan Dubuffet yang mencurigai segala bentuk kesempurnaan. Penggarapan lukisan yang rinci dan telaten menunjukkan keyakinan Asih bahwa seni rupa tetap harus menjunjung tinggi kesempurnaan visual.
Kendati diilhami dunia kanak-kanak yang naif, karya Asih sesungguhnya sama sekali tidak naif. Dunia citra yang meriah dan penuh warna dalam karyanya dibangun dengan penggarapan yang cermat dan canggih. Kesederhanaan atau kenaifan bentuk kerap berkembang menjadi konstruksi rumit oleh berbagai teknik stilisasi, ketelatenan dan keasyikan untuk menghias bidang. Asih tidak melampiaskan begitu saja energi spontan dan watak obsesif “autistik” yang khas kanak-kanak. Alih-alih, melalui disiplin dan kontrol, dia mengolahnya untuk mencapai “kesempurnaan” ekspresi paripurna.
Meskipun mengetengahkan citra yang terkesan banal dan jenaka, karya Asih mengusung makna filosofis yang sama sekali tidak banal. Lukisannya tidak jarang membawa muatan pemikiran yang sungguh serius. Dalam karyanya yang terkesan enteng dan penuh main-main, Asih justru antusias mengangkat isu-isu sosial dan budaya kontemporer yang serius dan punya konsekuensi luas dan mendalam pada kehidupan manusia.
Harmoni manusia dengan alam dan harmoni manusia dengan sesama merupakan tema yang banyak digarap Asih dalam karya-karyanya. Citraan alam seperti pohon, bunga, dan hamparan sawah banyak mengisi bidang lukisannya. Bersama figur-figur berciri kartun, citraan alam banyak digunakan Asih untuk mengungkapkan kepedulian kuatnya terhadap isu lingkungan.***