RI- Singapura Jajaki Kerja Sama Konservasi, Karantina Hingga Budidaya Perikanan
Jakarta- Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Edhy Prabowo didampingi Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Rina menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Singapura untuk Indonesia, Anil Kumar Nayar, Kamis (12/12). Pada pertemuan di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta Pusat tersebut, Dubes Anil hadir bersama Sekretaris I Bidang Politik Kedutaan Besar Singapura, Matthew Chan.
Pertemuan dilakukan untuk memperkuat persahabatan kedua negara yang telah berjalan baik dengan menginventarisasi kerja sama khususnya di bidang kelautan dan perikanan. Dubes Anil berharap, kemitraan antara Indonesia dan Singapura dapat ditingkatkan dengan merintis kerja sama di bidang kelautan dan perikanan.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes Anil menyoroti isu keberlanjutan lingkungan, di mana menurutnya saat ini Singapura tengah menghadapi tantangan climate change (perubahan iklim) yang cukup berat. Bahkan guna melindungi diri dari dampak perubahan iklim, Singapura telah melakukan investasi senilai SGD100 miliar untuk periode 100 tahun. Ia menilai, Indonesia dan Singapura dapat bekerja sama terkait hal ini.
Menanggapi hal ini, Menteri Edhy menyampaikan sebagai upaya mengurangi dampak climate change, saat ini KKP sedang membangun sentra-sentra pembudidayaan terumbu karang dan penanaman mangrove. Selain memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan, ia menilai keduanya juga memberikan manfaat ekonomi misalnya dari wisata alam.
Hal lain yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah persoalan perkarantinaan indukan udang. Pasalnya, KKP melarang beberapa indukan udang masuk ke Indonesia karena terserang penyakit. Oleh karena itu, Kepala BKIPM Rina memandang perlu kerja sama dan koordinasi dengan otoritas Singapura untuk mencegah masuknya indukan dimaksud ke Indonesia. Bahkan ia meminta dukungan Karantina Singapura dalam penanggulangan penyakit ini.
”Singapura mungkin dapat memberi dukungan kepada Indonesia program capacity building tentang penanggulangan penyakit udang yang makin merebak. BKIPM mungkin bisa bekerja sama dengan Karantina Singapura,” tutur Rina.
Indonesia, telah menyampaikan proposal pelatihan tentang Prosedur Diagnostik Penyakit Ikan kepada Singapura yang meliputi laboratorium deteksi dan diagnosis untuk Spring Viraemia of Carp (SVC). Hal ini dibahas dalam forum Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (ISAWG) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertanian Indonesia.
Tak ketinggalan, kedua negara juga membicarakan potensi pengembangan perikanan budidaya. Menteri Edhy menyebut, saat ini KKP tengah berfokus membangun industri perikanan budidaya di Indonesia. Untuk itu, ia mengundang Singapura untuk berinvestasi di sektor ini.
”Potensi pengembangan sektor budidaya di Indonesia ini sangat besar. Di Batam, Kepulaun Riau misalnya, dapat dikembangkan beberapa komoditas seperti ikan bawal, kakap putih, dan kerapu,” ucapnya.
Selain itu, Indonesia merupakan pemasok ikan hias terbesar ke Singapura baik air tawar maupun laut, khususnya nemo. Oleh karena itu, Menteri Edhy meminta Singapura untuk memberi dukungan agar pembudidaya Indonesia mendapat kemudahan ekspor ke Singapura.
Menteri Edhy juga menyampaikan apresiasi atas keikutsertaan Singapura dalam pameran ikan hias terbesar di dunia, “Nusantara Aquatic (Nusatic) 2019”, yang diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Dubes Anil menyampaikan bahwa sektor perikanan budidaya di Singapura menyumbang 10% untuk pemenuhan kebutuhan ikan domestik. Ia juga mengundang Menteri Edhy untuk berkunjung ke sentra budidaya di Singapura. Ia pun tertarik mendalami lebih lanjut mengenai regulasi investasi di bidang perikanan budidaya. (sul)