Anak Wajib Diajarkan Moderasi Beragama Agar Tak Jadi Ekstrim

0

Lombok Timur – Pesatnya pengguna media sosial yang tak mengenal batasan umur dari anak kecil hingga dewasa membuat kerap kali batasan-batasan yang seharusnya dipakai menjadi terlupakan.

Padahal dunia maya dan dunia nyata tak boleh dibedakan, apa yang tidak boleh di dunia nyata juga tidak boleh dilakukan di dunia maya. Seperti sopan santun di kehidupan nyata juga wajib diterapkan di aktivitas digital.

Demikian dikatak oleh DR.Sri Wahyuni, S.Pd, M.Pd dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pada Selasa 13 Juli 2021.

Dikatakannya banyak hal yang kadang dilupakan di dunia digital karena kurangnya pemahaman bahwa dunia maya juga memiliki batasan-batasan, norma-norma yang tidak boleh dilanggar. Dampak buruk dunia maya juga sangat besar karena jangkauan yang sangat luas yang dimiliki oleh dunia maya.

“Jari kita harus dijaga di dunia maya agar kita tidak menyesal setelah mengunggah ataupun mengetik komentar,” ujar Sri Wahyuni dalam webinar yang dipandu oleh Kika Ferdind.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan di dunia maya, lanjut Sri Wahyuni, adalah cek dan recek sebelum menunggah ataupun membagikan sebuah konten. Selain itu pengguna media sosial (medsos) juga tidak boleh menjiplak hasil karya orang lain dan berhati-hati untuk menuliskan komentar.

“Sebagai pengguna medsos harus menjaga diri untuk tidak komentar yang negatif dan karena kerap kali orang tak sadar terbawa emosi untuk kondisi terntentu.Jika saat emosi kita ungkapkan maka bisa saja menjadi penyesalan,” sarannya.

Jika pun ingin memberi saran, lanjutnya diberikan sebagai kritik yang membangun. Karena etikanya, hargai sekecil apapun pencapaian orang lain. Disamping itu membuat orang lain senang adalah ajaran agama. “Karena sepele bagimu bisa jadi segalanya bagi orang lain,” lanjut Sri.

Sri Wahyuni juga mengatakan komentar positif harus dimulai dari diri sendiri. Jika pun ada yang membenci sikapi dengan positif juga dan hargai pembenci yang berarti orang tersebut memperhatikan kita.

Hal-hal positif di ruang digital ini, ditambahkan oleh pembicara lainnya Nurhayati, kepala sekolah Ma Mualimat Pancor Lombik Timur, harus diajarkan sejak dini. Termasuk juga mengajarkan sikap moderasi beragama untuk anak di era globalisasi.

Dikatakannya orangtua wajib memberi bekal kepada anak sebagai bekal di kehidupan bermasyarakat. Dan moderasi ilmu agama ditanamkan di era globalisasi agar pemahaman tak ekstrim.

“Moderasi adalah jalan tengah tidak berpihak manapin, bersikap adil kepada semua pihak yang terlibat. Dengan moderasi agama seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebih lebihan saat menjalani ajaran agamanya,” jelas Nurhayati.

Ia juga memberi contoh agama yang berlebihan yaitu mengkafirkan saudara sesama pemeluk agama yang sama hanya karena mereka berbeda dalam paham keagamaan. “Padahal hanya Tuhan yang maha tahu apakah seseorang sudah masuk kategori kafir atau tidak,” imbuhnya,

Ia juga mengatakan moderasi beragama penting sebab kita menyadari bahwa perbedaan adalah Sunatulloh untuk itu menghargai perbedaan. Selain itu harus disadari bahwa keanekaragaman adalah fitrah bangsa.

“Sekali lagi, Pancasila adalah cermin nilai asli masyarakat dan bangsa Indonesia adalah bangsa beragama dan menghargai kebergaaman agar damai.”

Selain kedua pembicara diatas, juga hadir para pembicara lain yaitu Chris Jatender, kaprodi teknik informatika STTI STIENI, dan Fandy Ruby, sebagai key opinion leader. Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *