Waspada Sharenting, Jangan Sembarangan Unggah Kehidupan Anak di Media Sosial

0

Manggarai Barat  – Sharenting menjadi fenomena baru saat ini, yang merujuk pada kebiasaan orangtua mengunggah kehidupan sehari-hari anak. Content Creator Yulia Dian Candra Kusuma mengatakan bahaya sharenting sangat beragam, mulai dari risiko anak menjadi korban penculikan hingga anak menjadi sasaran pefodil.

Yulia menceritakan bahwa percobaan penculikan anak sempat terjadi di sekolah anaknya. Ia menyebut seorang lelaki yang berpura-pura menjadi ojek online hampir saja membawa teman anak Yulia.

“Jadi si pelaku ini tahu semua nama ibu, nama lengkap anak, bahkan kegiatan sehari-hari mereka, karena orangtuanya sharing semuanya di Instagram. Untung berhasil dicegah setelah ternyata ia salah menyebut nama bapak si anak,” tutur Yulia dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (28/7/2021).

Untuk mencegah menjadi orangtua yang sharenting, Yulia menyebut ada empat tanda-tanda yang bisa dilihat.

Pertama adalah lebih emosional. Orangtua yang terjangkit sharenting akan lebih mudah tersulut emosinya karena menganggap medsos pribadi boleh mengunggah apapun.

“Padahal medsos walaupun dikunci juga sudah masuk ruang publik, karena bisa dilihat oleh teman lain. Kan sudah kejadian, postingan private tapi viral karena dicapture oleh temannya dan disebarkan,” tambah Yulia yang juga seorang mantan jurnalis ini.

Kedua, tidak mengenal privasi. Ini mencakup kebiasaan mengabadikan seluruh momen anak secara berlebihan, termaasuk ketika anak terjatuh, menangis, bahkan membully anak.

Ketiga, tidak memiliki interaksi riil dengan anak. Orangtua sharenting akan sibuk mengunggah foto-foto anak tanpa mengetahui bagaimana perasaan anak tentang momen tersebut.

Terakhir adalah oversharing, yakni memberikan terlalu banyak informasi terkait kehidupan orangtua dan anak, bahkan kepada orangtua lainnya.

“Contohnya nyatanya itu ketika ibu menganggap orang lain lelahnya tidak valid, karena dianggap kehidupan paling melelahkan adalah seorang ibu. Ini biasanya kalau ngobrol, semua topik akan disangkutkan ke dirinya dan tentang anak-anaknya,” tutupnya.

Selain Yulia, hadir juga Gebryn Benjamin selaku Lead Creative Strategy Frente Indonesia, Darius Jehanih selaku Tenaga Ahli Pelayanan sosial Dasar P3MD Kementerian Desa, PDTT, dan Marizka Juwita sebagai key opinion leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital sendiri merupakan rangkaian panjang dalam kegiatan webinar yang dilakukan di seluruh penjuru Indonesia. 

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. 

Ada empat pilar utama yang digaungkan yaitu Budaya Bermedia Digital, Aman Bermedia, Etis Bermedia Digital dan Cakap Bermedia Digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *