Lebih Baik Repot Sedikit Ketimbang Kebobolan di Dunia Digital
Sumba Timur- DI masa pandemi semakin banyak orang mengakses internet karena pembatasan mobilitas membuat sejumlah aktivitas dilakukan secara online termasuk sekolah dan bekerja. Namun, semakin luasnya penggunaan internet ini juga memberi kesempatan semakin banyaknya sisi kejahatan yang muncul karena ada celah yang dipergunakan para pelakunya untuk meraup keuntungan pribadi.
Dikatakan oleh Alaika Abdullah, Virtual Assistant & Digital Content Creator dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa 24 Agustus 2021, bahwa internet seperti pisau bermata dua. “Jika kita tak piawai menggunakan internet justru akan membahayakan diri kita sendiri,” ujar Alaika dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin.
Alaika juga mengatakan sebagian dari para korban kejahatan dunia online diakibatkan karena kelalaian pengguna juga. Biasanya pengguna internet juga tidak mau repot berlama-lama sedikit mempergunakan sejumlah tools keamanan dunia digital.
“Mending repot dikit ketimbang kebobolan. Alokasi waktu untuk selalu upgrade pengetahuan seputar keamanan berinternet,” saran Alaika.
Ia juga mengatakan ada sejumlah penipuan online yang paling sering ditemukan dalam dunia digital yang patut diwaspadai. Di antaranya adalah Scam, Social Engineering, Account Take Over, Carding Stolen, Share login info, share card info dan Share Log in Info serta ID Theft.
Alaika memerinci Scam adalah aksi yang dilakukan oleh scammer untuk mendapatkan uang dengan cara menipu atau membohongi orang lain. Hal ini dilakukan biasanya melalui komunikasi via email Chat telepon dan lain-lain.
Social engineering adalah sebuah teknik manipulasi yang memanfaatkan kesalahan manusia untuk mendapatkan akses pada informasi pribadi atau data-data berharga. Teknik ini menyentuh aspek psikologis manusia untuk memanipulasi korban agar mereka melakukan kesalahan keamanan dan memberikan informasi atau data-data berharga.
“Bentuk-bentuk social engineering seperti phising, pretexting, bailing, Quid pro Quo dan Taligating,” katanya.
Sedangkan account take over (ATO) adalah bentuk tindak penipuan pengambil alihan akun tanpa melakukan komunikasi antar korban dari pelaku, namun korban langsung merasakan dampaknya. Sementara Carding Stolen atau Carding adalah suatu bentuk tindakan pengambilalihan kartu kredit atau debit korban tanpa mengalami komunikasi apapun. Hal ini biasa dilakukan oleh pelaku yang merupakan orang terdekat, keluarga atau kerabat.
Sementara share login info adalah suatu bentuk tindakan penipuan dengan mencuri informasi sensitif terkait akun email. Share card info adalah suatu bentuk tindakan penipuan dengan mencuri informasi data data kartu. Yang terakhir adalah ID Theft, bentuk tindakan penipuan dengan mencuri kartu identitas korban untuk daftarkan pada akun dana pelaku.
Yang perlu dipahami juga adalah salah satu bentuk penipuan social engineering adalah phising yaitu teknik pengelompokan dengan tujuan untuk mencari informasi penting dan mengambil alih akun korban untuk digunakan bagi kepentingan pelaku. Pelaku masuk ke akun korban dan mencoba meretas akun akun lainnya yang terhubung dengan akun tersebut. Sehingga korbannya bisa lebih banyak lagi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Selain Alaika, sejumlah pembicara turut berbagi wawasan tentang literasi digital adalah Aditya Sani, Founder Briefer.id, Jefonses Yarsian Poto, S.Kom, M.Kom, Dosen Teknik Informatika Universitas Kristen Wira Wacana Sumba dan Adelita sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.