Waspadai 3 Risiko Penggunaan Internet bagi Anak
Jayawijaya Papua -Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dan melekat pada kehidupan. Internet tidak hanya digunakan orang dewasa, tetapi juga anak-anak di zaman sekarang. Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan anak dalam segala aspek, termasuk penggunaan media digital pada anak.
“Oleh karenanya, kita sebagai orang tua harus memiliki kecakapan di dunia digital agar dapat menyediakan internet yang aman untuk anak-anak kita. Kurangnya literasi digital pada orang tua memiliki beberapa risiko pada anak,” ungkap Gabrilianty Nastiti Ayuningtyas, SPV Accounting Analyst, dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (9/9/2021).
Risiko pertama ialah privasi. Gabriella menjelaskan, risiko privasi yang dimaksud ialah ketika data anak tersebar di internet. Faktor tersebarnya data anak juga bisa disebabkan oleh orang tua yang senang mengunggah wajah anaknya, kenakalan anaknya, atau riwayat kesehatan. Meski hanya iseng semata, ternyata kegiatan ini bisa membahayakan anak.
“Informasi itu bisa disalahgunakan untuk kejahatan hingga cyberbullying. Alangkah baiknya orang tua mempertimbangkan yang akan di upload di media sosial dan memikirkan dampak jangka panjang pada anak,” jelasnya.
Kedua, risiko teknologi. Risiko teknologi ini berbahaya bagi orang tua yang kurang memahami literasi digital. Karena itu, orang tua akan beranggapan bahwa teknologi ini berbahaya atau malah sebaliknya. Bagi orang tua yang kontra akan teknologi, mereka akan sebisa mungkin menjauhkan teknologi dari anak dengan berbagai alasan. Orang tua ini tidak akan memikirkan kesulitan yang akan dialami anak di masa mendatang.
Di sisi berlawanan, orang tua yang tidak paham teknologi dan pro terhadap teknologi akan memberikan anak akses penuh. Dalam artian, orang tua tidak memikirkan risiko atau bahaya teknologi pada anak. Mereka cenderung membebaskan anak dalam penggunaan teknologi tanpa pengawasan. Ia mengatakan, Penelitian di Bristol University tahun 2010 mengungkapkan bahwa penggunaan gadget pada anak tanpa batasan dapat meningkatkan risiko depresi, gangguan kecemasan, autisme, kelainan bipolar, dan masalah lainnya.
Ketiga, risiko paparan konten dan interaksi. Internet ialah tempat yang sangat luas dan terbuka bagi berbagai jenis konten, baik positif maupun negatif. Dalam menghadapi risiko ini, orang tua perlu punya strategi untuk mencegah anak terpapar konten negatif, seperti ancaman, pelecehan, pornografi, kekerasan, dan intimidasi di dunia digital. Orang tua dapat menyiasatinya dengan mendampingi anak saat mengakses internet.
Dalam menghindari ketiga risiko tersebut, orang tua perlu menyediakan ruang internet yang aman bagi anak. Caranya dengan membuat aturan terkait akses internet, memblokir situs dewasa atau memasang restricted mode, memakai aplikasi family link atau parental control untuk mengawasi anak dari jauh, serta mendampingi anak dan membantunya untuk menemukan konten menarik yang edukatif juga serta sesuai dengan usia anak.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Jayawijaya, Papua, Kamis (9/9/2021) juga menghadirkan pembicara, Alex Iskandar (Managing Director IMFocus Digital Consultant), Frans A. Asmuruf (Dosen FMIPA), dan Fisca (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.