Fintech Berkontribusi Nyata Dalam Pengembangan UMKM Di Bali
Denpasar – Bali menjadi daerah tujuan wisata dunia, dengan iklim usaha yang terus tumbuh. Ini menjadi salah satu faktor kenapa Bali berpeluang besar sebagai tempat berkembangnya industri fintech.
Perkembangan Financial Technology (Fintech) di Bali cukup menjanjikan karena pulau ini memiliki banyak ragam potensi bisnis, terutama yang terkait dengan industri pariwisata. Bali sudah menjadi magnet bagi wisatawan dunia. Tentu saja sebelum wabah pandemi corona terjadi. Semua pihak berharap pandemi segera berakhir dan dunia pariwisata kembali bersinar.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) I Bali Trisno Nugroho saat dikonfirmasi tagar.id kamis 30 April 2020 mengatakan, kehadiran sejumlah perusahaan fintech turut berkontribusi dalam pengembangan UMKM.
“Tidak hanya sebatas membantu pembiayaan modal usaha, peran fintech juga sudah merambah ke berbagai aspek seperti layanan pembayaran digital dan pengaturan keuangan,” ujar Trisno Nugroho.
Ditambahkannya Bank Indonesia (BI) terus mendorong investasi di Indonesia melalui teknologi digital dalam pengembangan ekonomi pariwisata di Indonesia. Bali masih membutuhkan hadirnya startup baru. Karena, kebutuhan masyarakat secara digital bisa dalam bentuk apa saja seperti kebutuhan simpan pinjam (berinvestasi), kebutuhan modal usaha dan kebutuhan bertransaksi.
Di Bali, pemenuhan kebutuhan masyarakat itu masih kurang dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh para investor. Pertumbuhan ekonomi perlu didorong peningkatan produtivitas.Caranya antara lain dengan menggenjot inovasi dan teknologi.
Menurutnya, dalam mengoptimalisasi perkembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru, Bali perlu mensinergikan potensi ekonomi digital dalam pengembangan pariwisata. ”BI akan mendorong promosi inovasi dalam ekonomi digital, menyediakan ekosistem yang mendukung pengembangan ekonomi digital,dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekonomi digital.
Berkaitan dengan perkembangan ekonomi digital, Co-founder & Managing Partner, East Ventures, Willson Cuaca dalam siaran persnya yang diterima tagar.id Kamis 30 April 2020 mengatakan Indonesia adalah pasar digital terbesar di Asia Tenggara, berkontribusi terhadap 40% dari ekonomi internet di regional. Perkembangan ekonomi digital yang cukup pesat memberikan dampak bagi perekonomian nasional, termasuk tenaga kerja Indonesia.
“Empat tahun terakhir, terjadi ledakan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Google, Temasek, dan Bain Company memperkirakan GMV ekonomi berbasis internet tanah air telah menembus US$40 miliar pada 2019 dan bakal menyentuh US$133 miliar pada 2025,” imbuhnya.
Dampak positif bagi perekonomian adalah tumbuhnya berbagai platform jual-beli online (e-commerce), transportasi online (ride hailling), jasa keuangan online (financial technology), hingga digitalisasi pariwisata (online travelling). Ini membuat ekosistem ekonomi digital Indonesia semakin beragam.
Ia menjelaskan juga bahwa East Ventures (salah satu modal ventura) melalui investasinya telah melahirkan 170 startup digital di Asia Tenggara, 130 di antaranya lahir dan beroperasi di Indonesia.
Diketahui secara total, portofolio East Ventures telah berhasil menarik investasi bernilai US$4 miliar dalam bentuk pendanaan lanjutan yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Disampaikannya, industri digital adalah perekonomian yang berbasis penguasaan teknologi dan pengetahuan (knowledge based economy), bukan bertumpu pada penguasaan aset. Ini membuka kesempatan yang sama bagi perusahaan-perusahaan rintisan untuk mengambil peran sentral dalam membangun ekonomi digital Indonesia bersama korporasi raksasa dan perusahaan multinasional.
Para founder lokal membangun perusahaannya di atas fondasi ekonomi digital Indonesia, yaitu kecepatan adaptasi penduduk Tanah Air dengan aplikasi mobile. Ada sekitar 140 juta penambahan pengguna internet di Indonesia di tahun 2009-2019. Hampir semuanya mengenal dunia maya melalui smartphone.
“Dengan melibatkan mereka ke dalam perekonomian digital, Indonesia bisa mengubah bonus demografi menjadi dividen demografi. Mengubah potensi menjadi realisasi,” tandas Willson. (Abi)