Startup Bananaz.co in line dengan Social Distancing
Denpasar- Seorang pebisnis membutuhkan pemikiran optimis dan taktis untuk terus maju dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Apalagi di tengah kondisi pariwisata Bali yang sangat terpuruk karena wabah pandemi corona seperti saat ini.
Hal itu juga yang dilakukan Rizki Diansyah CEO Bananaz.co, salah satu startup di pelayanan industri pariwisata yang belum setahun ini beroperasi di Bali saat dihubungi kabardenpasar.com Kamis 2020.
“Sengah melakukan proses penyesuaian secara bertahap melihat kondisi pariwisata selama pandemi corona. Untuk start over kita akan lakukan bertahap. Melihat trend dan keadaan dimana turis tidak bisa masuk dan keluar Bali, kita melakukan beberapa penyesuaian di beberapa part aplikasi dan web. Masih dalam proses dan akan segera jalan,” ujar Rizki.
Dijelaskannya juga beberapa hal sederhana dilakukan tim Banana Bali, seperti membersihkan motor dengan disinfektan di beberapa part, yang akan sering di pegang pengguna motor. Hal itu dilakukan supaya pada saat pengantaran motor, produk Bananaz aman dari resiko penyebaran virus corona ke penyewa.
“Prinsip layanan bananaz sebenarnya in line dengan social distancing. Dimana pengguna #bananazbali tidak perlu datang ke base kami untuk sewa dan ambil antar motor. Cukup pakai apps atau web dan kita akan kirimkan motornya,” jelasnya.
Ia juga mengaku, meski ikut merasakan muramnya industri pariwisata Bali di tengah kerasnya benturan pandemo corona, tapi tetap bersemangat dan yakin bahwa cuaca cerah akan menerpa wisata Bali usai corona berlalu.
Mengutip Alvara research center (2020) yang mengatakan masyarakat indonesia menempatkan liburan atau pergi ke tempat wisata menjadi peringkat pertama. Sebagai pilihan kegiatan yang akan mereka lakukan setelah pandemi ini berakhir (21,8%). Mengalahkan kegiatan bekerja dan bersilaturahmi dengan keluarga.
“Jadi bisa disimpulkan, ini hanya masalah waktu saja. Setelah ini layanan kita akan kembali seperti semula. Dengan beberapa keunggulan jasa #bananazbali, InshaAllah kita akan menjadi pilihan tepat untuk turis lokal dan mancanegara di Bali,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan timnya masih tetap semangat. Bahkan di bulan Maret ada program #bananazcare, bantuan bagi para turis yang kurang beruntung dan tidak bisa balik ke negara nya karena corona.
“Kita melakukan kegiatan sosial melalui apa yg kita bisa lakukan. Termasuk kita bantu sewakan motor tanpa biaya, supaya mereka bisa menekan pengeluaran, tetapi masih bisa melakukan kegiatan sehari hari untuk memenuhi keperluan pribadi,” ujar Rizki Diansyah yang memotori startup digital solusi bagi wisatawan dalam memenuhi kebutuhan perjalanan mereka. Terutama dengan memberikan informasi pariwisata, tujuan wisata yang direkomendasikan, dan sepeda motor untuk disewa di Bali.
Startup berbasis digital yang menggelar soft launchingnya di Bali bulan Agustus 2019 lalu ini malah membantu para turis yang masih berada di Bali atau yang tidak bisa pulang kembali ke negaranya karena kebijakan lockdown negaranya ataupun ada hal lain.
Bahkan bantuan tim bananaz.co ini amat diapresiasi oleh para turis yang beberapa di antaranya mengirimkan email dan pesan singkat ucapan terimakasih untuk program Bananazcare.
Seperti yang ditulis Victoria, seorang turis mancanegara : Saya sangat berterimakasih sebagai seorang warga negara asing di masa sulit pandemi corona dengan segala bantuan anda. Saya dipinjami motor yang luar biasa bagus dan baru. Janjian datang juga tepat waktu dan pelayanan sempurna. Saya mendapatkan apa yang saya butuhkan dan karena pertolongan anda saya bisa berhemat uang saya. Karena saya perlu berhemat. Kamu tahu, apa yang anda lakukan kepada saya membuktikan bahwa dunia tetap berdetak dan kita semua bisa saling membantu satu sama lain.”
Startup ini menjadi salah satu contoh startup digital seperti yang diharapkan East Ventures (EV) – investor startup tahap awal pertama di Indonesia. EV telah beroperasi sejak 2009 dan telah berinvestasi di 170 startup digital di Asia Tenggara, 130 di antaranya lahir dan beroperasi di Indonesia.
Menurut Co-founder & Managing Partner, East Ventures, Willson Cuaca dalam siaran persnya yang diterima kabardenpasar.com, Kamis 30 April 2020, industri digital adalah perekonomian yang berbasis penguasaan teknologi dan pengetahuan (knowledge based economy), bukan bertumpu pada penguasaan aset.
Ini membuka kesempatan yang sama bagi perusahaan-perusahaan rintisan untuk mengambil peran sentral dalam membangun ekonomi digital Indonesia bersama korporasi raksasa dan perusahaan multinasional.
Menurut Wilson lagi, perkembangan ekonomi digital yang cukup pesat memberikan dampak bagi perekonomian nasional, termasuk tenaga kerja Indonesia.
East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) adalah upaya untuk memetakan dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh Nusantara.
Ekonomi digital menjanjikan inklusivitas, pemerataan peluang ekonomi bagi seluruh penduduk Indonesia. Indeks ini adalah indikator dari keberhasilan industri digital dalam mewujudkan janjinya. Data yang dikumpulkan dalam EV-DCI bukan ditujukan sebagai sebuah kesimpulan tetapi sebagai titik awal yang memulai fase berikut dari transformasi digital Indonesia.
“Kami ingin mendorong semua pemangku kepentingan untuk ikut terlibat dan turut menikmati dampak positif ekonomi digital,” tandas Wilson.(abiyyu/bali)