Obituari Perupa Made Supena

0

Gianyar- Bentara Budaya Bali (BBB) kali ini menggelar Obituari bagi perupa Made Supena yang berpulang pada 16 April 2019 lalu.

Acara mengetengahkan timbang pandang, pemutaran dokumenter serta pameran karya terpilih Made Supena. Berlangsung Jumat (14/6) pukul 19.00 WITA di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Gianyar.


Acara menghadirkan pengamat seni rupa, yakni Dr. Hardiman Adiwinata dan Dr. I Wayan Setem, yang akan berbagi pandangan tentang sosok serta capaian Made Supena.

Keduanya bukan saja memahami dan mendalami bahasa seni rupa Supena, akan tetapi juga kiprahnya di dalam membangun komunitas serta menjadi penggerak kehidupan seni rupa di Bali.

Program Obituari ini ditandai pula acara testimoni dari rekan dan sahabat, yang merefleksikan kehangatan persahabatan serta pergaulan kreatif mereka selama ini.

Made Supena, adalah salah satu seniman mumpuni Bali, kelahiran Singapadu, Gianyar, 12 Januari 1970.

Supena yang dikenal dengan karya-karya lukisan abstraknya boleh dikata merupakan seniman multitalenta, ia juga membuat patung, seni instalasi bahkan hingga performance art.

Ia juga salah satu penggagas atau pendiri Komunitas Galang Kangin yang tahun ini genap berusia 23 tahun, tepatnya berdiri pada tahun 1996. Made Supena tak bisa dilepaskan dari pertemuan Galang Kangin dengan almarhum Thomas Freitag, kurator yang tak segan terlibat sebagai mentor.

Langgam abstraksi yang menjadi kekuatan Made Supena sesungguhnya bermula dari proses cipta sedini kanak dulu, seiring ayahnya, Ketut Muja (kelahiran 1944, Singapadu Gianyar, Bali) yang sohor sebagai pematung termasuk pembuat topeng mumpuni.

Ketut Muja dikenal sebagai seniman yang pada fase-fase kematangannya tak berhenti pada bentuk-bentuk realis, melainkan melakukan penjelajahan pribadi untuk meraih ragam stilistik yang unik dan otentik.

“Menandai pameran tunggalnya pada tahun 1997, dimana sikap cipta otodidaknya itu kuasa hadir dalam wujud patung-patungnya yang lebih eksploratif, surealistik, dan tetap kontemplatif.

Made Supena juga turut menginisiasi berbagai pameran yang bekerja sama dengan BBB, semisal: dua kali pameran kolosal perihal topeng Singapadu lintas generasi, Pameran Seni Rupa Komunitas Galang Kangin, Pameran Seni Rupa “Ulu Teben” Militan Art (2015), dan lain-lain. Pameran tunggal terakhirnya Interpreting Feelings di Griya Santrian, Sanur, (2018).

Made Supena telah aktif berpameran di dalam maupun luar negeri sejak tahun 1991. Sejumlah pamerannya antara lain: Reality of Abstrak Painting (Art Center Bali, 1999), Landscape und Abstraction (bersama Susena, Frankfrut, Jerman, 2000), New painting (Suli Art Gallery, Denpasar, 2002), The Likeness of Nature (Ganesha Gallery, Bali, 2004), Studi Alam Supena (Danes Art Veranda Denpasar, 2005), Lanskap Made Supena (Gracia Gallery, Surabaya, 2007), Emotion (Santrian Gallery Sanur, 2008), Genealogi (Jogja Gallery, Yogyakarta, 2010), Solitude of Child (Kubu Kopi Denpasar, 2015), Ritus Gunung (Maya Gallery, Sanur, 2017) dll.

Ia juga meraih berbagai penghargaan bergengsi, diantaranya Award for Sculpture Museum Negeri Bali, Denpasar (1991), Award of the Governor of Bali (1994), Award of the Embassy of Peru in Jakarta (1995), Award of Phillip Morris Arts Foundation (1997), Finalist of the Winsor-Newton Competition, Jakarta (2000), Certificate of Ownership, Museum Wellculturen Frankfrut, Jerman (2010), Certificate Art Work Golden Land, BIAB Bejing, Cina (2015), Top 9 Titian Art Foundation (2017).

Putu Aryastawa, selaku Pengelola Program BBB, mengungkapkan bahwa sebelumnya BBB juga menggelar obituari bagi pematung I Ketut Muja, kurator seni rupa Thomas Freitag, penyair Wayan Arthawa, pelukis Wahyoe Wijaya, koreografer dan penari I Nyoman Sura, kartunis dan cerpenis I Wayan Sadha, aktor teater Kaseno, pelukis Tedja Suminar, maestro tari Ida Bagus Oka Blangsinga, sastrawan NH. Dini, penyair Vivi Lestari dan Reina Caesilia.

“Obituari adalah sebuah program yang diniatkan sebagai penghormatan pada dedikasi, totalitas dan capaian para seniman lintas bidang, serta aktif membangun atmosfir pergaulan kreatif yang produktif, diantara melalui partisipasinya pada agenda seni budaya di BBB,”ungkap Putu Aryastawa. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *