Media Sosial Jadi Saluran Penyebaran Hoaks Tertinggi

0

Gianyar – Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi yang diterima melalui berbagai platform media di internet. Akan tetapi, kemudahan yang didapatkan masyarakat dalam mengakses informasi ini juga memiliki dampak yang buruk.

Akhir-akhir ini dunia maya banyak dimunculkan informasi dan berita palsu atau lebih dikenal dengan istilah hoaks. Maraknya konten hoaks yang sangat mudah menyebar melalui berbagai platform media, baik media konvensional maupun media sosial, menjadi permasalahan pelik di Indonesia.

“Hoaks menyebar karena bisa diakibatkan karena pengguna medsos cenderung berinteraksi dengan orang yang memiliki ketertarikan yang sama dengan diri sendiri. Biasanya kelompok tersebut bertumpu pada opini pemimpin mereka yang memiliki pengaruh di jejaring sosial,” kata Pande Putu Gede Putra Pertama, ST, MT, Ketua LKP Putra Intan Gianyar, saat menjadi pembicara Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa 13 Juli 2021.

Lebih lanjut dikatakannya, kabar bohong yang beredar di medsos, menjadi besar ketika diambil oleh situs atau pihak terkemuka yang memiliki banyak pengikut. Karenanya media sosial tetap menjadi saluran penyebaran hoaks yang tertinggi.

“Penyebarannya hoaks di sosial media menempati posisi tertinggi, sementara itu sosial media yang terbanyak digunakan di Indonesia hingga saat ini adalah Facebook. Sedangkan isu hoax yang sering diterima adalah info pekerjaan dan kebencian,” imbuhnya.

Bahaya dampak hoaks yang lain adalah kerap memicu perselisihan, keributan, menyebarkan kebencian antar warga, antar provinsi, sesama teman bahkan antar negara. Contohnya kerusuhan dipicu isu rush money atau 229 hingga rumah warga Curug yang rusak akibat berita hoaks.

Karenanya masyarakat dituntut untuk cakap berinternet dengan memanfaatkan internet secara baik dalam arti tepat guna, aman sesuai etika, budaya dan norma yang berlaku.

Terkait hal ini, pembicara lain Dion Mario, Defensive Security Manager DANA Indonesia sebenarnya kita bisa mendeteksi hoaks dengan beberapa langkah. Seperti mengecek alamat URL, cek situs tersebut, cek dengan media lainnya atau menggunakan fact checking.

“Selain itu hoaks juga bisa dideteksi dengan mengecek siapa penulis dan narasumbernya. Kita bisa tahu bahwa kabar tersebut biasanya membuat marah. Hal yang perlu diingat, berita hoaks akan mengakibatkan ancaman pidana,” imbuhnya.

Selain itu waspada, kita juga bisa menghindari hoaks dengan berhati hati terhadap judul yang provokatif dan sensasional. Ada sejumlah fitur untuk melaporkan hoax diantaranya adalah dengan mengakses aduankonten@mailkominfo.com. “Kita pun bisa menjadi pembuat hoax, untuk itu selalu pahami bahwa kejujuran adalah segalanya, mulai dari diri kita sendiri karena tidak semua orang mau melakukannya,” ucapnya. 

Selain Dion dan Pande, juga hadir sebagai pembicara dalam webinar ini adalah, Hendra Wahyu Saputro, CEO BCO Indonesia and Marizka Juwita sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *