Pentingnya Literasi Digital di Tengah Akselerasi Transformasi Digital
Sumba Tengah -Kecanggihan teknologi di segala bidang saat ini hal telah merubah sistem dan pola berkomunikasi antar manusia. Hanya dengan lewat gadget kita sudah terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia. Dan perkembangan alat komunikasi yang begitu canggih dan cepat telah merubah sistem dalam segala proses kehidupan termasuk bidang ekonomi di Indonesia menjadi ekonomi digital.
Menurut Aditya Sani Founder Briefer.id dalam Webinar Literasi Digital yang digelar Kemkominfo dan Siberkreasi di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jumat 17 September 2021 masyarakat saat ini dituntut untuk memiliki kecakapan digital di tengah akselerasi transformasi digital.
“Facebook dan BIN memperkirakan jumlah konsumen digital di Asia tenggara pada akhir tahun ini mencapai 350 juta dengan 47,2% atau sebanyak 165 juta berasal dari Indonesia. Dan ekonomi digital menjanjikan Indonesia diproyeksikan tetap memimpin pasar ekonomi digital di Asia hingga 2030 seiring dengan besar populasi penduduknya,” ujar Aditya Sani dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini.
DIkatakannya juga bahwa masa pandemic seperti sekarang ini memaksa kita untuk go digital. Pandemi covid 19 juga mempercepat penyebaran untuk mendorong setiap penduduk Indonesia melakukan akselerasi digitalisasi.
Diungkapkan juga Aditya Sani bahwa strategi pembangunan transformasi digital yang pada tahun 2025 ekonomi kreatif dan digital sebagai sumber pertumbuhan. Di tahun 2035 ekonomi kreatif yang digital sebagai penggerak ekonomi berbasis inovasi. Serta di tahun 2045 Indonesia sudah menjadi sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif dan digital kelas dunia.
Menurut sensus 2020 ada 270,2 juta penduduk dan 174,7 juta diantaranya menjadi kunci adaptasi digital dengan 25,87% kaum milenial yang lahir tahun 1981 sampai 1996. Dan sebanyak 27,94% diisi generasi Z yang lahir tahun 1997 sampai 2012 serta ada 10,828% gen Alpha yang lahir tahun 2013 sampai sesudahnya.
Karenanya banyak tantangan yang harus dihadapi termasuk tantangan gig economy yang sudah kita alami sejak pertama kali Indonesia memiliki layanan Uber, Grab dan lain-lain. Nantinya di masa depan 50 tahun lagi ekonomi ini sudah mulai masuk ke dalam area ekonomi wilayah kerja yang kita kerjakan sehari-hari.
Kendati begitu untuk mencapai kesana ada sejumlah tantangannya termasuk infrastruktur digital, SDM digital, ekosistem digital, migran/digital natives. “Tapi tantangan tersebut sebenarnya, dapat dengan mudah dihadapi. Terutama karena kita punya banyak sekali milenial, gen Z maupun gen alpha yang sangat penting bagi masa depan Indonesia,” harapnya.
Untuk mencapai kesana memang harus dimulai dari diri sendiri dan tidak boleh menunda-nunda untuk belajar dan beradaptasi dengan era itu atau dengan kata lain ‘Mulai saja dulu’.
Saat ini pun sebagian masyarakat sudah mengenal tentang Digital payment dan E-commerce, contohnya di shopee, Lazada, Bukalapak, Tokopedia, Zalora, matahari sociolla dan lain-lain. “Mulai belajar dulu literasi digital digital scale digital kode etik digital etis digital safety.
Selain Aditya, pembicara lain adalah Alaika Abdullah, Virtual Assistant & Digital Content Creator, Herman Umbu Billy, CEO Sumbamedia Hub dan Vizza Dara sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.