Ini Deretan Masalah yang Kerap Dihadapi Pembuat Konten Digital
Sumbawa Barat – Media sosial telah menjadi wadah untuk para kreator berkreasi dan berinovasi. Lewat platform media sosial, para kreator digital bisa memamerkan karyanya bahkan mendapatkan pundi-pundi uang.
Hanya saja, tak semua warganet Indonesia mampu memberikan apresiasi positif pada kreator konten di Tanah Air, setidaknya begitu kata Ichsan Colly, key opinion leader yang juga berprofesi sebagai fotografer.
Berbicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Baarat, Kamis (22/7/2021), Ichsan memaparkan beberapa permasalah dan kendala yang biasa dihadapi pembuat konten Tanah Air.
Salah satunya adalah kurangnya apresiasi warganet terhadap karya yang dihasilkan pembuat konten. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan maraknya pembajakan dan pencurian karya di internet.
Belum lagi budaya memberikan komentar pedas. Alih-alih memberikan kritik membangun, tetapi pada praktiknya warganet lebih cenderung gemar memberi komentar negatif tak sesuai porsinya.
“Jika tidak suka, lewatkan. Kita gak perlu jadi warganet yang terlalu kritis untuk hal yang sebenarnya bukan bidang kita. Kita harus menghargai niat mereka membuat konten,” kata Ichsan.
Ia juga menekankan pentingnya melaporkan segala bentuk yang menyalahi HAKI atau Hak Kekayaan Intelektual, yang tak jarang terjadi di media sosial.
“Jika ada yang melanggar, laporkan. Misal mengambil foto orang lain. Saya gak pake lapor, paling share akun dan memberi tahu orang lain. Itu bisa menjadi hukuman tersendiri. Tapi pelanggaran hak cipta bisa dilaporkan, dan ada dasar hukumnya.”
Selain itu, Ichsan juga menekankan pentingnya menjadi warganet yang beretika. Itu bukan hanya diperuntukkan bagi penikmat konten tetapi juga untuk pembuat konten.
Untuk itu, ia mengaku sangat terganggu dengan konten-konten yang sifatnya hanya mengeksploitasi kesenangan tanpa memberi unsur edukasi dan informasi.
“Misal konten prank (mengerjai), itu bukan sesuatu yang kreatif. Berkreasilah dengan tidak menjantuhkan orang lain. Apalagi prank merupakan bagian dari perundungan di dunia siber.”
“Biasa kita melihat kalau membuka YouTube, jadilah warganet beretika. Etika yang baik dan benar juga saat membuat konten. Seseorang yang membuat konten benar, memiliki tujuan entah edukasi atau entertainment,” pungkasnya.
Ichsan Colly bersama narasumber lain yaitu Ody Waji, CEO Waji Travest, Burhanuddin, Kadis Kominfotik Sumbawa Barat, dan Akhairuddin, Akademisi Universitas Cordova hadir menjadi narasumber webinar bertajuk Indonesia #Makin Cakap Digital.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital sendiri merupakan rangkaian panjang dalam kegiatan webinar yang dilakukan di seluruh penjuru Indonesia.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Ada empat pilar utama yang digaungkan yaitu Budaya Bermedia Digital, Aman Bermedia, Etis Bermedia Digital dan Cakap Bermedia Digital.