Internet itu Netral, Baik Buruknya Ditentukan Kita
Timor tengah Utara- Penggunaan internet di Indonesia tidak bisa dihentikan. Semakin berkembangnya zaman, pengguna internet semakin bertambah. Hal tersebut menghasilkan dua konten berbeda, positif dan negatif.
“Internet sebenarnya hanya sebuah alat, tidak baik dan tidak buruk. Internet itu netral, baik buruknya ditentukan oleh kita, semua kontrol ada di kita sebagai pengguna,” ujar Ukki Anditia saat menjadi pembicara dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Jumat (25/6/2021).
Kita harus mulai mengimbangi internet dengan membanjiri konten positif. Ketika internet digunakan dengan positif, maka manfaat yang didapat juga maksimal. Kita bisa memperluas pergaulan (pertemanan, bisnis, karir), komunikasi yang tidak terkendala jarak dan waktu, mudah dan cepat mendapat serta menyebarkan informasi, serta lebih mudah dalam mengekspresikan diri.
“Kuncinya hanya satu, positif. Kita ketahui sekarang banyak konten-konten negatif yang bermunculan, itulah mengapa kita harus mengimbangi nya dengan konten yang positif,” jelas Ukki.
Lanjutnya, sebagai pengguna internet, sebaiknya lakukan saring sebelum sharing. Sebelum membagikan kita harus cross-check dulu, mencari sumber yang valid, kalau ada perasaan ragu setidaknya tidak membagikan lebih lanjut.
Indonesia terlahir dari ribuan suku, adat dan budaya. Kita harus menghargai perbedaan yang ada, tidak mendiskriminasi seseorang dari suku atau agamanya. Selain suku, adat dan budaya, penting bagi kita untuk tidak menghargai dari tingkat ekonomi, dan pendidikan, serta selalu hargai privasi orang lain, termasuk privasi diri sendiri.
“Tidak semua hal perlu kita share di internet, tidak semua hal merupakan konsumsi publik, ada hal yang memang cukup kita konsumsi sendiri atau keluarga kita, apalagi data-data yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak baik,” tambahnya.
Dalam menulis atau memposting di internet, selalu pergunakan bahasa yang santun dan sopan. Tutur sopan ini berhubungan dengan jejak digital, apapun di internet akan selalu abadi, sehingga berfikir terlebih dahulu agar tidak ada rekam jejak digital yang tertinggal.
Menurut Ukki, postingan sebaiknya bermanfaat bagi orang lain, jika kurang bermanfaat sebaiknya stop. Pengguna juga harus bijak dalam mengatur waktu, jangan sampai tenggelam di dunia Internet. Teknologi sebagai pedang bermata dua, bisa membawa hal-hal positif tetapi juga membawa kerugian.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Jumat (25/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Christ Jatender (Kaprodi Teknik Informatika STTI STIENI), Yoseph P.K. Kelen (Dosen Prodi Teknologi Informasi Univ. Timor), Kristoforus Ukat (Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemerintah Kab. Timor Tengah Utara), dan Denny Abel.
Kegiatan ini diadakan di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten seluruh Indonesia. Dengan melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik literasi digital. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.