Kreatif Mencari Peluang di Era Digital
Manggarai – Perkembangan dunia digital semakin hari semakin tak terbendung dan menuntut kecerdasan atau literasi digital untuk memaksimalkan pemanfaatannya juga di segala bidang termasuk untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Selain itu di era digital, masyarakat harus mengimbangi perubahan interaksi yang terjadi dengan peningkatakn kecakapan berinternet.
Menurut Marianus Aleksander Jemahu, Pengelola data, Ditjen Politik, dan PUM Kemendagri, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang digelar Kemkominfo dan Siberkreasi pada Jumat 2 Juli 2021, dunia digital memang mempermudah kehidupan manusia.
“Perkembangan dunia digital membuat pergeseran di hampir seluurh sisi kehidupan manusia dengan memunculkan kebiasaan baru,” ujar Marianus.
Khusus di sejumlah daerah bagian timur Indonesia contohnya di Manggarai, perubahan teknologi ini tak terlalu dirasakan sebanyak di wilayah lain seperti Jawa misalnya.
“Teknologi dan insfrastruktur menjadi hambatan di Manggarai karena sarana prasarana belum ada untuk menopang perluasan teknologi digital,” imbuhnya.
Kendati tak didukung oleh sarana prasaran yang memadai tapi jika masyarakatnya bersemangat dan memiliki tujuan untuk berkembang maka lambat laun daerah itu akan mengikuti daerah lain yang lebih dulu maju.
Marianus juga mengatakan disamping banyak hal positif yang berkembang seiring kemajuan era digital, bertumbuh juga dampak negatifnya. Dampak ini sedikit banyak diakibatkan oleh masuknya budaya luar karena informasi dapat diperoleh dengan sangat mudah.
“Dampak negatif dari transformasi digital di antaranya adalah masyarakat menjadi kurang berinteraksi sosial secara langsung selain itu juga amat mudahnya mengakses tayangan pornografi,” bebernya.
Karenanya untuk meredam dampak negatif tersebut, pengguna internet wajib mengelola kemajuan teknologi dengan baik. “Caranya dengan berpikir kritis karena kita memiliki kemampuan berpikir jernih dan rasional tentang apa yg harus dilakukan dan apa yang diyakini sebagai kebenaran,” terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa peluang akan tercipta karena adanya problem. Saat ada problem, lajutnya pasti ada pemecahan masalah sehingga muncullah inovasi dan kreativitas untuk menyelesaikan masalah.
“Dengan peluang, kita menjadi kreatif mencari celah dengan daya juang yang kita miliki. Begitu juga di daerah Manggarai yang tak berbeda dengan daerah lain, di sini juga memiliki sumber daya, skill dan ruang yang ada sehingga kita tinggal mengembangkannya, memanfaatkannya dan mengaplikasikannya.”
Sementara itu pembicara lain Silvia Kartika, AVP, Ecosystem & Business Development, Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia membahas tentang sisi positif memanfaatkan ruang digital. Saat ini kemajuan dunia digital di dunia sudah semakin pesat termasuk di Indonesia.
Contohnya dulu untuk membayar belanja online harus melalui toko waralaba seperti Alfamart dan Indomart. Tetapi saat ini sudah lebih praktis dan mudah yaitu dengan menggunakan cashless.
“Dan sudah banyak juga merchant yang memanfaatkan uang non tunai bagi para pembelinya untuk bertransaksi. Di sejumlah negara di luar negeri bahkan, tekhnologi lebih cepat lagi dengan pemakaian biometric,” ujar Silvia.
Biometrik merupakan karakteristik fisik atau perilaku manusia yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara digital. Beberapa pengidentifikasi biometrik adalah sidik jari, pola wajah, suara, dan irama pengetikan.
“Di luar negeri untuk membeli makanan siap saji sudah dengan pola wajah, bahkan jika yang bersangkutan memakai wig atau menyamar pun, wajah tetap bisa dikenali.”
Hadir dalam Webinar dengan moderator Patria Prathama sejumlah pembicara yaitu Richy Hendra, Sr Sevurity Engineer MAXPLUS, Silvia Kartika, AVP, Ecosystem & Business Development, Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia, Marianus Aleksander Jemahu, Pengelola data, Ditjen Politik, dan PUM Kemendagri, Mauritius Kartono, Pelaku Bisnis E-Commercedan Key Opinion Leader Bayu Eka Sari.