Berita Hoaks Menciptakan Kebencian dan Permusuhan
Sumbawa – Banyaknya berita palsu atau hoaks yang tersebar baik di grup washap dan di sejumlah platform media sosial lainnya tentu amat meresahkan. Karena berita tersebut, selain membuat resah, juga bisa menyesatkan cara berpikir masyarakat.
Masyarakat dibodohi dan digiring untuk mempercayainya agar menguntungkan atau merugikan salah satu pihak tertentu saja.
Menurut Rachman Ansori, S.Sos, Kadis Kominfodik dan Sandi Kabupaten Sumbawa dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Senin 12 Juli 2021, mengatakan bahwa dengan melihat sejumlah survei yang menyebutkan bahwa keberadaban masyarakat yang berkecimpung di ruang digital rendah.
“Kondisi saat ini banyak berita hoaks dengan cepatnya berita tersebar yang tidak jelas mana yang betul dan mana yang hoax dibutuhkan literasi digital untuk masyarakat. Ada baiknya ruang publik digital ditanamkembangkan agar keadaban sosial tak terpisahkan dari ciri manusia sejati,” ujar Rachman dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Lebih lanjut dikatakannya pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan teknologi inforamsi dilakukan secacara aman untuk mencegah penyalahgunaaan dengan memperhatikan nilai nilai agama dan sosial budaya masyarakat indonesia.
Untuk itu perlu sikap bijak masyarakat untuk memilah mana berita benar dan palsu karena saat ini prilaku pengguina medsos cenderung konsumtif sehingga membuat informasi yang benar dan salah menjadi bercampur aduk.
“Keberadaan internet sebagai media online membuat informasi yang belum terverifikasi benar atau tidaknya tersebar cepat hanya dalam hitungan detik. Berita palsu sebenarnya kepalsuan yang sengaja dibuat untuk menyamarkan sebagai sebuah kebenaran. Data foto dan kutipan menipu dianggap sebagai kebenaran,” bebernya.
Ia juga mengatakan, masyarakat harus cerdas mengenali sebuah berita palsu dengan banyak cara diantaranya adalah biasanya berita tersebut berisi propaganda, fake news, click bait, berisi konfirmasi yang bias, misinformasi, berisi satire.
Selain itu berita palsu atau hoax akan berdampak menciptakan kecemasan, kebencian dan permusuhan. Padahal berita palsu dibuat dengan sumber yang tidak jelas yang tidak bisa diminati tanggungjawagb atau klarifikasinya.
“Biasanya berita palsu berisi hoaks berisi pesan sepihak, menyerang dan berat sebelah atau tidak netral. Bisa juga dengan mencatut nama tokoh berpengaruh. Ada juga yang memakai nama media terkenal dan memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama atau suara rakyat. Kadang juga berita tersebut memiliki judul provokatif,” katanya.
Pembicara lain, Aryo Hendarto, CEO PT Mandalika Wasita Sajiwa, mengatakan kecakapan digital memang dibutuhkan masyarakat di tengah semakin meningkatnya penggunaan internet masyarakat.
“Ruang digital menjadi solusi untuk kondisi masyarakat saat ini dengan banyak kelebihan dunia digital termasuk untuk meningkatkan perekonomia masyarakat. Bermacam kelebihan yaitu jangkauan pasar yang luas, pilihan breagam, tujuannya jangka Panjang, skalable, serta memberikan kenyamanan kepada pelanggan,” ujar Aryo.
Iya juga mengatakan dengan pertumbuhan dunia digital kesempatan pasar kerja juga berubah trennya. Untuk itu ia memberikan tipsnya kepada para pengguna internet mempersiapkan diri beradaptasi dengan dunia digital, khususnya di bidang pekerjaan.
Menurut Aryo, tren pekerjaan yang banyak diminati dan menjadi tren adalah yang terkait digital seperti content writer, website development, blogger, instagram influencer, mengajar online juga youtuber.
“Selain itu jenis pekerjaan lain yang tengah dan akan masih tren adalah pebisnis toko onlie, podcaster dan develop mobile apps,” katanya.
Selain Aryo dan Rachman, juga hadir sejumlah pembicara lain yaitu Aryayu Eny Wahyu seorang pendidik dan Key Opinion Leader Sondang Pratama.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.