Etika di Ruang Digital Bisa Jadi Kompas
Flores Timur- Pemerintah mendorong masyarakat untuk menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Masyarakat diharap dapat mengisi ruang digital dengan konten kreatif dan positif sehingga dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat. Untuk itu diperlukan kerja keras dari pemerintah untuk melakukan edukasi literasi digital.
Untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang paham akan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara Webinar Literasi Digital di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin 21 Juni 2021.
Hadir dalam Webinar dengan moderator Jhoni Chandra kali ini adalah Sylvia Kartika, AVP Bank DBS Indonesia, Abang Suluh Husodo, CEO MAXPLUS, Muhammad Soleh Kadir, Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia Flores Timur, Fransiskus Padji Tukan, S.Pd, Ketua PEmuda Katoloik Flores Timur, dan Keyo Opinion Leader Dafina Jamasir seorang seniman.
Menurut Muhammad Soleh Kadir, di Flores Timur sudah banyak masyarakat yang bermedia sosial dengan baik dan memanfaatkannya untuk peningkatan perekonomoian.
Etika sendiri, dikatakan Soleh Kadir adalah cabang ilu filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar da penilaian moral. “Sederhananya etika itu menyangkut standar moral dan norma,” ujar Solenh.
Lebih lanjut dikatakannya, kita kadang menganggap ruang digital bebas, etika ini bisa jadi kompas, rel, barometer, sehingga pemanfaatan ruang digital sesuai keniscayaannya.
“Kita perlu menerapkan etika dalam ruang digital agar tidak meproduksi dan menyebarkan hoax. Selain itu penerapan etika agar dalam bermedsos tidak menimbulkan konflik berkepanjangan. Juga agar tidak terjerat pelanggaran IT,” imbuhnya.
Untuk itu lanjut Soleh, kita harus memanfaatkan ruang digital sebagai lahan kreativitas dan taman inspirasi serta sebagai lapak bisnis.
Selain itu ada beberapa etika yang perlu diperhatikan dalam ruang digital diantaranya adalah menggunakan kata-kata yang santun, menghindari penyebaran kebencian berbasis SARA dan pornografi. Juga penting adalah pemahaman agar kita tidak mengumbar informasi pribadi dan jangan membagikan berita tanpa mengecek kebenaran. “Ingat juga hargai privasi dan kreativitas orang lain.”
Sementara itu pembicara lain Slivia Kartika mengatan di masa pandemic kebutuhan akan cashless menjadi sesuatu keharusan. Cashless merupakan sistem yang mana semua transaksi dilakukan melalui saran digital seperti kartu debit, kartu kredit, uang elektronik, transfer dalan elektoni, internet bankinh, mobile banking dan sarana digital lainnya.
“Ada berbagai alasan yang menjadi jawaban pertanyaan kenapa kita harus mempergunakan transaksi non tunai di saat pandemi. Salah satunya adalah dari sisi keamanan agar terhindari dari uang palsu dan terhindar dari pencurian,” ujar Silvia.
Dikatakannya juga selain keamanan, ada siis kenyamanan, promosi dan higienie. Traksaksi bisa lebih cepat dan merchant tidak perlu menyiapkan kembalian dan tak perlu rekonsiliasi manual tiap setor ke bank. “Selain itu juga untuk meminimalisir kesalahan serta peningkatan omset untuk merchant karena customer lebih mudah dalam bertransaksi.”
Tak hanya itu dari sisi higienis juga sangat penting karena bertransaksi non tunai sangat membantu meminimalisir transmisi virus. “Masyarakat juga diuntungkan karena banyak promosi dalam bertransaksi non tunai.”
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.**