Gunakan Otentifikasi Ganda Agar Terhindar dari Kejahatan Siber
Manggarai Barat- Salah satu bentuk perkembangan teknologi digital di bidang ekonomi adalah penggunaan e-wallet atau dikenal juga dengan istilah dompet digital yang beberapa tahun belakangan makin marak. Apalagi setelah pandemic melanda dunia, dengan pertimbangan lebih higienis untuk menekan penyebaran virus corona, uang fisik logam dan kertas makin tergeser.
Popularitas dompet digital ini semakin naik setelah berkembag juga pasar digital yang megeluarkan dompet digital untuk lebih memudahkan transaksi seperti Go-Pay dan Ovo. Apalagi dompet digital ini menawarkan berbagai promo menarik. Jadilah, penetrasi pembayaran lewat mobile ini terus melambung.
Menurut Grace M Moulina, Head of Marketing Communication Financial Company dalam Webinar LIterasi Digital wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu 18 Agustus 2021, banyak orang mulai merasakan manfaat dompet digital dengan berbagai pertimbangan diantaranya sisi kepraktisan, efisiensi, keamanan, hingga promo dan diskon layaknya kartu kredit.
“Secara umum, dompet digital didefinisikan sebagai aplikasi elektronik yang digunakan untuk transaksi secara online melalui smartphone, yang kegunaannya hampir sama dengan kartu kredit atau debit. Di Indonesia sendiri dompet digital sudah mulai dikenal pada tahun 2014 saat Indonesia mengeluarkan kampanye gerakan nasional non tunai atau GNTT,” ujar Grace dalam webinar yang dipandu oleh Claudia Lengkey ini.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa salah satu kebijakannya adalah dengan penggunaan e-money untuk berbagai layanan seperti tol parkir dan moda transportasi publik. Pada tahun 2020 ada 40 layanan berbasis aplikasi yang diinginkan di Indonesia 19 diantaranya dapat menggunakan QR kode untuk melakukan pembacaan.
Selain itu, pada semester pertama tahun 2021 transaksi e-commerce tumbuh 63,4% dan saat ini ada 8 juta UMKM yang tersambung dalam platform digital. “Targetnya 12 juta UMKM akan masuk platform digital dan akan terus berlanjut didukung dengan integrasi ekosistem fintech,” tutur Claudia.
Penetrasi yang masif dari dompet digital bisa dilihat dari data Maret 2021 bahwa dompet digital berada di peringkat pertama dalam belanja onlie, disusul dengan metode bayar tunai ditempat, transfer mobile banking, kemudia diikuti di bawahnya pembayaran dengan transfer ATM, bayar di minimarketn jasa cicilan serta yang terakhir adalah pembayaran dengan kartu kredit.
Menurut catatan Bank Indonesia (BI) selama pandemi covid penggunaan emoney atau dompet digital atau e-wallet pun meningkat 24,42%. Sementara itu dari hasil survei Mandiri Institut data penggunaan alat yang paling sering digunakan oleh UMKM dalam transaksi online adalah Ovo 72%, Go-Pay dan Link Aja 60% lebih, Shopeepay 52% dan Dana 27%.
Selain itu Grace juga mengatakan ada sejumlah perbedaan antara emoney dan dompet digital. Diantaranya adalah emoney berbentuk chips yang ditanam pada kartu atau media lain dengan jangkauan penggunaan untuk berbagai layanan seperti tol parkir dan moda transportasi publik, pembayaran tiket tempat wisata. Selain itu emoney saldo maksimal sebesar 1 juta saja dan fitur keamanan emoney tidak memiliki fitur keamanan sehingga bisa digunakan dengan mudah oleh orang lain.
Sedangkan dompet digital adalah alat berbentuk uang elektronik yang berada atau terkoneksi ke server atau server basis yang bisa digunakan untuk belanja online maupun offline. Misal untuk membayar token listrik, tagihan BPJS, tagihan TV kabel dan lain sebagainya. Untuk saldo maksimal bisa mencapai 10 juta dan memiliki fitur keamanan berupa aktivasi nomor ponsel pengguna serta PIN.
“Kelebihan dompet digital itu mudah dan cepat, efisien, higienis dan menawarkan ragam promo dan memiliki sistem keamanan berlapis juga bisa memiliki riwayat transaksi,” katanya.
Kendati banyak kelebihan yang membuat orang suka memakai dompet digital, tapi ada juga beberapa kekurangan yang harus diantisipasi yaitu dompet digital membutuhkan jaringan internet yang stabil dan layanan maps yang terbatas, juga rentan terhadap risiko kejahatan cyber dan risiko overspending konsumtif, ada batas maksimum saldo dan adanya biaya transaksi administrasi.
Untuk itulah kita harus pintar pintar memilih aplikasi dompet digital yang aman dan terpercaya. Diantaranya adalah pilih aplikasi penyedia jasa yang akan digunakan secara terus-menerus dan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu download aplikasi ewalet yang resmi dan memiliki izin dari Bank Indonesia (bi.go.id).
Kemudian jangan lupa baca dengan seksama syarat dan ketentuan yang diberikan oleh penyedia jasa sebelum melanjutkan transaksi. Serta gunakan fasilitas otentifikasi ganda agar terhindar dari kejahatan cyber. Bisa juga dengan memilih aplikasi web yang menyediakan fasilitas top up saldo dengan mudah dan aman misalnya virtual account.
“Atau pilih aplikasi ewalet yang memiliki banyak kerjasama dengan banyak bank untuk memudahkan transaksi pembayaran cashless,” ujarnya.
Selain Grace, sejumlah pembicara yang ikut berbagi wawasan tentang literasi digital adalah Deddy Triawa, CTO MEC Indonesia, Servasius Irwan Budi Setiawan, Direktur PT Pariwisata Indah Komodo dan Adhy Basto sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.**