Memahami Kesiapan Guru untuk Generasi Alpha
Kelungkung -Perkembangan dunia teknologi internet yang semakin pesat saat ini memaksa semua penggunanya untuk meningkatkan kecakapan digital. Dari generasi ke generasi tercipta inovasi yang sangat canggih di dunia teknologi.
Menurut Alaika Abdullah, Virtual Assistant & Digital Content Creator dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa 14 September 2021, generasi yang paling melek digital adalah generasi Alpha.
“Generasi alpha lahir dalam rentang waktu 2010 hingga sekarang dan tumbuh dalam masyarakat yang beragam, sehingga lebih toleran dan berpikiran terbuka. Karakteristik generasi alpha biasanya melek digital (digital native) sejak usia dini dan menjadi generasi paling terdidik,” ujar Alaika Abdullah dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin.
Dijelaskannya juga bahwa selain generasi Alpha, ada juga generasi sebelumnya yaitu generasi tradisionalis pribumi berusia 75 tahun ke atas, generasi baby boomers 56-74 tahun, generasi Z 7-12, 8 sampai 23 tahun. Sementara generasi alpha 2013-2025 0 sampai 7 tahun yang karakteristiknya belum terbukti namun diprediksi lebih canggih, inovatif, lebih terbuka dan transformatif.
Selain itu karakteristik generasi Alpha juga paham teknologi, artificial intelligence adalah realitas mereka dan pembelajaran sangat personal. Generasi Alpha menjadikan media sosial sebagai modal interaksi sosial mereka.
Sayangnya generasi ini tidak suka berbagi, tidak suka mengikuti aturan, masa kecil sangat berbeda, gayanya funky, hidup saat ini, tidak bisa diprediksi dan pola makannya sangat berbeda.
Karena kompleksnya karakteristik generasi Alpha, maka sikap dasar yang harus dimiliki oleh guru generasi Alpha haruslah kreatif, open minded, menjunjung tinggi kolaborasi, memiliki critical thinking dan evaluation serta memiliki kultur memahami murid-muridnya. Selain itu metode belajar anak generasi Alpha lebih eksploratif dan komunikatif.
“Guru untuk generasi ini dituntut harus memiliki kemampuan public speaking, memiliki kemampuan ice speaking, inovatif dalam mendesain kelas. Selain itu guru juga harus menguasai ilmu parenting, menjunjung tinggi sikap saling menghargai antara guru dan murid dan mampu menjadi sahabat bagi murid,” katanya.
Sedangkan kemampuan literasi digital yang harus dimiliki oleh guru generasi Alpha adalah kemampuan dalam manajemen informasi, mengakses memahami menyeleksi menganalisa memverifikasi konten digital.
Selain itu juga harus mampu berkolaborasi dan atau berpartisipasi di dalam produk dengan para peserta didik. Juga harus menguasai penggunaan tools, LMS learning management system yang disepakati untuk digunakan di sekolah masing-masing.
Karena metode belajar anak gen Alpha adalah eksploratif dan komunikatif seperti menguasai penggunaan teleconference, meeting tool dan memahami digital etik sehingga mampu mengedukasi mengingatkan dan merangkul peserta didik untuk menjadi masyarakat digital yang santun cerdas dan bertanggung jawab
Sehingga kemampuan literasi digital yang harus dimiliki oleh guru generasi Alfa adalah memahami digital Skill sehingga mampu mengedukasi dan mengingatkan peserta didik untuk bermain belajar dan memanfaatkan internet secara aman nyaman dan bermanfaat.
Selain itu guru juga harus memahami digital culture sehingga mampu mengedukasi dan mengingatkan peserta didik untuk apresiatif terhadap budaya bangsa dan juga menerapkannya di dalam berkehidupan digital.
Selain Alaika juga hadir pembicara lainnya yaitu Sofia Sari Dewi, Fashion Designer Content Creator, Ni Made Ayu Ary Wahyuningsih, S.Pd, Gr, Guru TIK SMK Negeri 1 Klungkung dan Putri Masyita sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.