Penggunaan Bahasa di Media Sosial
Lombok Timur- Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Di era ini, fungsi bahasa berkembang menjadi tanda pengenal kita atau personal branding di media sosial. Personal branding ini membentuk bagaimana kita ingin dikenal di media sosial.
“Kalau kita bisa tahu bahasa dan cara komunikasi yang mana paling cocok dengan kita. Itu bisa menjadi peluang-peluang untuk berkarya bahkan menambah penghasilan” ujar Nannette Jacobus, seorang Relawan Kemanusiaan, saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (18/8/2021).
Nannette menyatakan terdapat empat jenis komunikasi di media sosial, yaitu verbal, non-verbal, tertulis, dan visual. Pemilihan komunikasi ini dapat membantu kita mengembangkan media sosial. Pertama, komunikasi verbal yang berbicara secara langsung. Komunikasi verbal merupakan bahasa paling umum dan efisien. Komunikasi verbal ini dapat dimanfaatkan jadi peluang berkarya dengan membuat podcast.
Kedua, komunikasi non verbal dengan mengandalkan gerak gerik tubuh dan juga ekspresi. Komunikasi ini dapat dimanfaatkan untuk berkarya dalam bentuk video dan diunggah pada platform seperti Youtube atau live streaming.
Ketiga, komunikasi tertulis dapat dipilih bagi orang yang suka mengekspresikan dirinya lewat tulisan. Komunikasi tulisan dapat dimanfaatkan dengan baik dengan menggunakan platform blogger.
Keempat, komunikasi visual yang menggunakan seni, gambar sketsa, dan grafik untuk memberikan konteks pada komunikasi lain. Pada komunikasi visual, kita bisa menggunakan platform seperti Instagram yang mengedepankan foto.
Sementara itu, bahasa menggambarkan kepribadian kita di media sosial. Oleh karena itu, Nannette menyarankan untuk menggunakan bahasa yang paling mendekati kepribadian kita. Misalnya, seorang politikus menggunakan bahasa-bahasa yang formal.
“Pilihan kata-kata kita di media sosial akan memberikan secara jelas gambaran kepribadian kita. Maka kita harus hati-hati dalam memilih bahasa yang akan digunakan di media sosial kita,” tuturnya.
Selain itu, gunakan bahasa yang sederhana agar pesan yang disampaikan bisa diterima dengan mudah. Kemudian, menentukan audiens di media sosial sehingga bisa mencocokkan dengan bahasa yang akan digunakan.
Hal lain yang harus diperhatikan tentang berbahasa di media sosial yakni jangan gunakan bahasa untuk menyebarkan kebencian atau bullying. Dengan bahasa yang tepat, media sosial pun jadi memberikan dampak postif. Terlebih jika kita juga memiliki personal branding yang baik. Nantinya, kita dapat memperluas jangkauan dan koneksi yang memungkinkan terbukanya peluang-peluang baru. Fokus juga pada kualitas terkait konten yang kita sajikan agar dapat membentuk audiens yang sesuai.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Lombok Timur, NTB, Rabu (18/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Yulia Dian Chandra (Social Media Specialist), Suparian (Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunung Rinjani), dan Nata Gein (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.