Penipuan Marak Dilakukan Secara Online Menggunakan Teknologi Digital
Lombok Barat- Sejak dahulu, beragam jenis penipuan sering terjadi di sekitar kita. Penipuan bukan hal yang baru. Namun, seiring perkembangan zaman, kini penipuan marak dilakukan secara online menggunakan teknologi digital.
“Standar keamanan dunia digital itu butuh namanya people, proses dan teknologi. Kalau prosesnya sudah aman, teknologinya sudah aman, apakah peoplenya sudah aman? Perkembangan teknologi yang sangat cepat tidak dibarengi dengan perkembangan wawasan penggunanya. Jadi, itu yang dimanfaatkan oleh penipu,” ujar Abang Suluh Husodo, CEO PT. Maxplus, dalam Webinar di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu (30/6/2021)
Ia mengatakan, pelaku memiliki motivasi dalam melakukan tindak penipuan. Di antaranya memperdaya dan memanipulasi korban, mendapat keuntungan dari korban. Keuntungan ini tidak hanya berupa uang, bisa juga berupa identitas dan data korban. Penipuan ini dapat dicegah jika korban mengetahui taktik yang biasa digunakan oleh pelaku. Umumnya, pelaku memanfaatkan kelemahan yang ada pada korban, seperti rasa takut, percaya, penasaran, nafsu, simpati dan empati.
“Kalau kita tidak bisa mengendalikan ini, maka ada orang lain yang bisa memanfaatkan kita. Ini adalah kelemahannya manusia,” tuturnya.
Rasa takut dimanfaatkan pelaku dengan mudah. Misalnya, ketika korban mendapatkan atau menerima email pemberitahuan berisi akun yang ditangguhkan, maka rasa takut akan menghampiri korban dan dianggap sebagai kelemahan oleh pelaku. Korban tanpa pikir panjang mungkin langsung mengklik link yang diberikan pelaku agar akunnya tidak jadi ditangguhkan. Pelaku juga dapat membuat format semirip mungkin agar bisa dipercaya korban sebagai email resmi.
Lanjutnya, memanfaatkan rasa penasaran korban, pelaku biasanya membuat link yang berisi konten menarik dan diawali dengan pengisian data. Selain itu, beberapa memanfaatkan rasa simpati dan empati korban untuk meminta uang, biasanya penipu menggunakan alasan donasi. Maka dari itu, lakukan konfirmasi dan crosscheck jika ingin membantu orang lain. Selain itu, penipuan juga banyak terjadi dalam dunia perbelanjaan online. Bentuk penipuannya biasanya berupa ketidaksesuaian barang yang ditampilkan penjual dan diterima pembeli.
Abang Suluh memaparkan tips untuk menghindari penipuan atau kejahatan online. Maka pengguna harus selalu waspada dengan melakukan cross-check, menggunakan platform belanja online untuk transaksi, tidak mempercayai sesuatu yang murah, tidak mengumbar data pribadi, dan tidak asal dalam memencet link tanpa diketahui sumbernya.
Webinar program Literasi Digital di Wilayah Kabupaten Lombok Barat, NTB, Rabu (30/6/2021) menghadirkan, Abang Suluh Husodo (CEO PT. Maxplus), Chris Jatender (Kaprodi Teknik Informatika STTI STIENI), Lukman (Dosen Univ. Muhammadiyah Matraman), Purwati (Asisten Ahli Universitas Nahdatul Ulama NTB), dan Fandy Ruby.
Program ini merupakan kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Siberkreasi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan penggunaan teknologi dan literasi digital. Kegiatan ini diadakan di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten seluruh Indonesia. Dengan melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik literasi digital. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.