Transaksi Non Tunai Lebih Praktis, Aman, Higienis
Lombok Barat – Hasil studi Ipsos Indonesia di awal tahun 2020 menunjukkan adanya perubahan perilaku pembayaran masyarakat yang mulai beralih menuju go cashless. Tidak hanya itu saja, tren ini ternyata juga didukung pemerintah. Bank Indonesia sebagai badan hukum publik rupanya telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk mendorong transaksi uang elektronik.
Silvia kartika, AVP, Ecosystem & Business Development, Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia, mengatakan kebutuhan akan go cashless saat ini memang cukup tinggi mengingat sejumlah keunggulan yang menyertai pemakaiannya.
“Sejalan dengan kamjuan teknologi digital juga mempertimbangkan kondisi pandemic, go cashless menjadi sebuah solusi untuk mempermudah kehidupan manusia. Sehingga nantinya semuanya akan dikendalikan oleh teknologi sehingga hidup kita lebi efisien,” ujar Silvia saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada Selasa 6 Juli 2021.
Transformasi transaksi non tunai semakin cepat dengan adanya pandemi Covid-19. Dengan metode pembayaran nontunai, masyarakat dapat meminimalkan kontak langsung saat bertransaksi. Hal ini dapat membantu upaya penekanan penyebaran Covid-19. Alhasil, penggunaan transaksi digital menjadi lebih aman dibanding menggunakan uang kertas pada saat ini.
Cashless merupakan sistem yang mana semua transaksi dilakukan melalui saran digital seperti kartu debit, kartu kredit, uang elektronik, transfer dalan elektoni, internet banking, mobile banking dan sarana digital lainnya. Dewasa ini terdapat banyak sekali pilihan cashless payment seperti Go-Pay dan GrabPay dan juga aplikasi e-wallet seperti OVO, DANA, dan LinkAja. Belum lagi uang elektronik yang lebih dulu hadir dengan wujud kartu, seperti Flazz BCA, TapCash BNI, atau E-Money Bank Mandiri.
Salah satu keunggulan transaksi nontunai adalah lebih aman dan higienis. “Aman karena tidak lagi takut tertipu uang palsu. Angka pencurian uang pun bisa ditekan. Sementara, dengan metode pembayaran nontunai, masyarakat dapat meminimalkan kontak langsung saat bertransaksi jadi lebih higienis.”
Selain lebih aman, transaksi non tunai juga lebih praktis dan efisien. Hanya dengan scan QR code atau konfirmasi, pembayaran selesai dalam sekejap. Pembeli dan penjual tak perlu lagi repot untuk menyiapkan uang tunai dan kembalian yang merepotkan.
“Non tunai juga bisa meminimalisir kesalahan transaksi atau hitung. Fiturnya yang memudahkan konsumen dalam bertransaksi membuka peluang peningkatan omzet lebih besar,” kata Silvia.
Sementara itu, pembicara lain Sofia Sari Dewi, desainer yang juga pegiat media sosial, mengatakan bahwa banyak manfaat yang didapat dari semakin meluasnya penggunaan internet. Menurutnya apalagi di masa pandemi semua serba online.
Namun begitu selain berdampak positif, sada sejumlah sisi negatif penggunaan teknologi digital termasuk munculnya sejumlah kejahatan yang berawal dari ketidaktahuan atau ketidakcakapan penggunanya sendiri di dunia digital.
“Saat ini dari survei diketahui di Indoneia satu orang memiliki lebih dari 3 gadget. Dan ini harus diimbangin dengan kecakapan digital agar manfaat positif bisa didapat tremasuk juga jika hanya sekedar hiburan, tetapi kita tidak menjadi korban kejahatan di dunia digital,” bebernya.
Ia mengatakan jika dahulu penipuan itu lebih banyak berada saat kita di luar rumah, tapi saat ini penipuan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
“Hati hati jadi saasaran cyber crime, kejahatan ini tidak mengenal waktu, tak pandang bulu dan bisa terjadi kapan saja dari mana saja,” ujarnya.
Untuk itu ia mengatakan ada sejumlah langkah-langkah yang bisa kita ambil agar terhindari dari penipuan. Diantaranya adalah jangan tergiur harga murah, hati-hati saat register di ecommerce website dan waspada juga saat ada email masuk, bisa saja berisi link-link penipuan.
“Bisa juga gunakan pasword yang rumit dan bedakan parrword pada semua akun medsos yang kita miliki. Makin alay makin bagus paswordnya untuk menghindari terbukan peluang kejahatan masuk. Kalau saya biasanya tiga bulan sekali mengganti password,” tandasnya.
Webinar yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Hadir dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini para pembicara yaitu Robby Wahyu Sr Security Consultant Maxplus, Silvia Kartika, Asdustant Vice President Ecosystem Bysiness Development DBS Indonesia, Ahmad Paton, SS, M.Pd, OMB IAIN Pancor, Lalu Nurul Yaqin, Ph.D Direktur LPPM UGR Lombok Timur, dab Wicha Riska Key Opinion Leader.
Dipandu oleh moderator Eddie Bingky hadir juga pembicara lainnya Akhmad Adil, S.Pd,M.Si, Kabid PAUD PNF, Hafsah, S.Pd,,M.Pd Wakil Rektor III Universitas Muhamadyah Mataram dan Key Opinion Leader Denny Abal.